Warga Papua, khususnya di Intan Jaya, mendukung keberadaan aparat keamanan di Bumi Cendrawasih.
Segenap warga Papua mendukung keberadaan aparat keamanan karena mereka mengerti bahwa TNI datang sebagai sahabat rakyat. Dengan adanya keberadaan TNI/Polri, dan BIN di Papua maka diharapkan stabilitas keamanan di Papua akan terjaga.
Masalah keamanan di Papua masih menjadi fokus pemerintah karena keberadaan KST (kelompok separatis dan teroris) yang menjadi duri dalam daging. Tak hanya membelot, mereka juga mengajak warga sipil untuk ikut memberontak. Hasutan demi hasutan ditiupkan demi keinginan mereka untuk membuat republik federal Papua barat.
Ketika ada provokasi dari KST dan belum efektif maka mereka menggunakan cara kekerasan dan meneror masyarakat. Akan tetapi cara terakhir ini kurang ampuh karena warga Papua, khususnya di daerah Intan Jaya, menjalin komunikasi yang baik dengan aparat keamanan. Hal ini diutarakan oleh Satgas Kodim Yonif Pararaider 328/Dirgahayu dalam acara salib persaudaraan.
Warga mulai berkomunikasi dengan akrab dengan aparat keamanan karena mereka tak lagi takut akan ancaman KST. Pasalnya, mereka sadar bahwa saat itu KST hanya gertak sambal dan tidak benar-benar melaksanakan yang ia ucapkan. Mereka lalu tidak mengindahkan ancaman KST karena lebih setia kepada NKRI.
Membaiknya hubungan antara aparat keamanan dengan rakyat Papua adalah suatu hal yang sangat baik karena sebenarnya mereka setia kepada Indonesia, akan tetapi selalu diancam oleh KST, sehingga awalnya takut saat melihat prajurit TNI. Akan tetapi, ketika pemerintah mengubah strategi dengan pendekatan yang lebih humanis, maka pelan-pelan mereka mulai paham bahwa aparat ada bukan untuk membuat suasana jadi menakutkan.
Rakyat Papua jadi paham bahwa kedatangan prajurit TNI ke Papua dalam jumlah besar adalah untuk mengamankan keselamatan mereka dari ancaman KST dan OPM.
Bukan sebaliknya, untuk membuat suasana ngeri atau bahkan menjadi DOM alias daerah operasi militer seperti dulu saat masa orde baru di tanah rencong.
Prajurit TNI di Papua memang selalu ditambah sehingga muncul pasukan loreng di mana-mana, atau mereka berpakaian seperti sipil saat sedang menyamar. Keberadaan pasukan TNI tidak perlu ditakuti karena mereka datang untuk merangkul dan bersahabat dengan rakyat. Tidak mungkin ada prajurit yang bertindak buruk, karena mereka sudah bersumpah untuk selalu melindungi segenap warga negara Indonesia.
Malah jika ada banyak pasukan TNI di seluruh wilayah Papua akan menciptakan rasa aman, karena jika ada aparat maka pasukan KST tidak akan berani menyerang warga sipil. Mereka akan pikir-pikir karena senjata api yang digunakan oleh aparat lebih canggih daripada punya mereka (yang biasanya bekas dan didapatkan dari pasar gelap).
Mindset ini yang perlu ditanamkan, tak hanya bagi warga sipil di Intan Jaya, tetapi juga di seluruh wilayah Papua. Prajurit TNI adalah warga negara Indonesia dan mereka tidak mungkin memperlakukan WNI lain secara tidak adil. Tidak usah takut bahkan menangis saat melihat aparat keamanan yang berseliweran karena mereka sedang melaksanakan tugasnya. Di balik seragam loreng tersimpan hati lembut yang mau bercengkrama dengan rakyat.
Hubungan baik antara rakyat sipil dan TNI harus dibina terus karena masyarakat bisa membantu pemberantasan KST dengan jadi informan (secara tidak resmi). Ketika ada anggota KST yang menyerang dan kabur ke rumah warga, maka empunya rumah bisa diam-diam menelepon untuk melapor.
Warga Papua, khususnya di Intan Jaya, mendukung keberadaan aparat keamanan di Bumi Cendrawasih. Mereka sadar bahwa kedatangan prajurit TNI adalah untuk mengemban misi suci, untuk mengamankan wilayah Papua dari serangan KST. TNI adalah sahabat rakyat jadi tidak perlu ditakuti.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews