Praktis, Indonesia tinggal hanya memiliki tiga pecatur bergelar grandmaster yang masih hidup, yaitu GM Utut Adianto, GM Cerdas Barus dan GM Susanto Megaranto.
Meraih gelar Grandmaster belakangan ini bukan lagi sesuatu yang istimewa mengingat banyaknya pecatur yang mendapatkannya di usia sangat muda.
Meskipun demikian kepulangan GM Prithu Gupta yang meraih norma GM terakhirnya di Porticcio Open 2019 tetap disambut meriah di Delhi airport, India, karena sedikit agak istimewa. Kenapa?
India mencetak Grandmaster pertama mereka tahun 1987. Siapa dia? Tak lain tak bukan adalah legenda hidup GM Viswanathan Anand. Dan 32 tahun kemudian Prithu Gupta menggenapkannya menjadi 64 sebanyak petak yang berada di atas papan catur. Jadi ia memang pantas mendapat sambutan.
Sedikit gambaran tentang gelar GM ini, meskipun India memiliki 29 negara bagian dan 7 wilayah union, tetapi penyumbang gelar GM itu hanya berasal dari 12 negara bagian dan 1 wilayah union.
Negara bagian Tamil Nadu menyumbang paling banyak dengan 23 GM atau 36% disusul kemudian oleh Bengal Barat (8), Maharashtra (7) dan Delhi (6). Prithu sendiri berasal dari negara bagian yang disebut terakhir ini.
Sementara itu negara-negara seperti Uttar Pradesh, Madhya Pradesh, Bihar dan lainnya yang merupakan beberapa negara bagian terbesar di India agak mengalami kesulitan untuk menciptakan GM pertama mereka entah kenapa.
Apa Kabar GM Indonesia?
Jika India mencetak grandmaster pertamanya pada tahun 1987 atas nama Viswanathan Anand, Indonesia sesungguhnya sudah terlebih dahulu meraih gelar tertinggi dalam catur itu melalui Herman Suryadireja. Pria kelahiran Sukabumi, Jawa Barat, 14 Oktober 1947 ini meraih norma GM terakhirnya di Promosrsko Bulgaria pada tahun 1978. Artinya, Indonesia 9 tahun lebih dahulu mencetak grandmaster.
Namun apa yang terjadi? Jika dalam waktu 32 tahun India mampu mencetak sebanyak 64 grandmaster termasuk Anand, Indonesia boleh dibilang defisit luar biasa. Bayangkan saja, setelah Herman, dalam kurun waktu 41 tahun Indonesia hanya mampu menambah enam pacatur pria bergelar GM. Total menjadi "cuma" 7 grandmaster!
Baca Juga: Samantha Edithso, Calon Grand Master Termuda di Dunia dari Indonesia
Defisit pemain hebat melahirkan krisis berkepanjangan pecatur bergelar grandmaster. Mengapa? Sebab empat di antara pecatur bergelar GM itu telah meninggal dunia, yaitu GM Ruben Gunawan, GM Edhi Handoko, GM Herman Suryadireja, dan yang terakhir berpulang ke Rahmatullah GM Ardiansyah.
Praktis negeri sebesar Gaban ini sekarang tinggal hanya memiliki tiga pecatur bergelar grandmaster yang masih hidup, yaitu GM Utut Adianto, GM Cerdas Barus dan GM Susanto Megaranto. Di antara ketiganya, hanya Susanto Megaranto yang masih tampil di turnamen.
Di bagian puteri lebih mengenaskan lagi, Indonesia hanya memiliki WGM Irene Kharisma Sukandar dan WGM Medina Warda Aulia. Tetapi bersyukur, keduanya masih aktif mengikuti turnamen internasional meski minim sponsor.
Apakah Percasi sedang tidur atau sudah tidak berminat lagi mencetak para GM baru?
Mungkin tidak, hanya saja organisasi tertua olahpikir ini kurang kreatif saja dalam menggandeng sponsor untuk mengirimkan para pecatur berlaga di turnamen internasional sekaligus menyelenggarakan catur bertaraf internasional di negeri sendiri.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews