Tak kukira anak dan bapak bisa berbeda jauh karakternya. Bagai gunung dan lembah. Atau bumi dan langit.
Pukul 7.40 AM. Di suatu pagi di awal tahun.
Menjelang pukul 08.00 AM , suasana pagi masih menyisakan rasa sejuk yang menenangkan. Belum terdengar bising oleh lalu lalang kendaraan. Tetapi ketenangan itu hanya bertahan sebentar. Pecah oleh suara pemilik apotek yang tak berkenan menerima kehadiranku.
“Kenapa datang pagi-pagi? Aku tidak ada urusan dengan kiriman barang!” Nada meninggi terlontar oleh seorang lelaki berumur kisaran 65 tahun.
Aku memang baru pertama kali berkomunikasi dengan pemilik apotek ini. Biasanya kedatanganku dilayani oleh mbak Popi atau asistennya yang sangat ramah. Tak pernah aku mendapat pelayanan seperti halnya yang dilakukan oleh lelaki tua yang selama ini aku perhatikan tak pernah sekali pun tersenyum.
Lelaki itu sering kulihat berjaga-jaga di apotek. Tak pernah terlihat olehku ia terjun langsung melayani pengunjung. Setiap kali melihat lelaki itu aku seolah melihat sebongkah salju di kutub utara yang tak pernah mencair. Kokoh, dingin. Tetapi mampu membuat ciut nyali.
“Lain kali jangan ke sini pagi-pagi!”
“Maaf, Pak. Saya pikir bisa mengirim barang kapan saja.” Aku mencoba tetap tenang dan mengalah. Berharap bisa menurunkan suhu panas gunung berapi di wajah lelaki tua itu.
“Ini apa?” tanyanya setelah kusodorkan seberkas tanda terima barang berikut kopiannya.
“Ini bukti penerimaan barangnya pak. Lembar kopinya untuk Bapak, lembar aslinya untuk saya.”
“Apa-apaan? Ini kopian semua!” lelaki tua itu tak juga menyurutkan volume suaranya. Tatapan kedua bola matanya semakin menajam, seperti ingin memakan apa saja yang dilihat di depannya. Aku berusaha menyembunyikan helaan nafas agar tak terlihat betapa dadaku pun sesak dibuatnya.
“Maaf, Pak. Ini memang kertasnya fotokopian semua. Tapi saya kasih tanda angka 1. Slip asli dan angka 2. Slip copy untuk Pelanggan. Ini saya buat sendiri, karena belum sempat membuatnya di percetakan.” jawabku menjelaskan.
Lelaki itu akhirnya mau menandatangani berkas penerimaan barang. Masih dengan pancaran mata yang tak bersahabat. Kurasakan pagi ini tak secerah biasanya.
“Stempelnya, Pak” lanjutku mengingatkan.
“Apa lagi? Kamu ini benar-benar ngerjain orang ya? Lain kali kamu datang siang. Ini bukan pekerjaan saya!” lagi-lagi lahar panas menyembur dari kawah berapi seorang lelaki tua di depanku. Di pagi yang pastinya akan kuhindari andaikan waktu bisa kuputar kembali.
“Baik, Pak. Terima kasih.” ucapku sembari berusaha tersenyum walau agak dipaksakan. Mungkin ini senyum paling hambar yang pernah kusunggingkan seumur hidupku.
Duh. Mimpi apa aku semalam? Tak kukira anak dan bapak bisa berbeda jauh karakternya. Bagai gunung dan lembah. Atau bumi dan langit? Kalau bukan pelanggan, mungkin sudah aku keluarkan jurus Wingchunnya IP Man.
Bah!
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews