Bagi saya, imperience (pengalaman memorabel) via ngebolang jauh lebih gokil daripada via literasi.
Tulisan saya hari ini adalah artikel yang ke-801. Mayoritasnya (sekitar 500 artikel) saya tulis selama pandemi Covid 19 ini. Koq bisa sebanyak itu menulis selama pandemi?
Karena menulis udah jadi ajang pelarian. Balas dendam gak bisa bepergian ke mancanegara gegara Covid 19... hehehe
Selama masa mahasiswa ITB baheula, saya memang acap bolos kuliah demi hobi ngebolang ke mancanegara. Awalnya beberapa bulan sekali perginya. Kemudian, tiap bulan pasti ngebolang ke 2-3 negara. Menurut teori, saya tipikal kinestetik. Karenanya, "seeing is believing" adalah kredo saya.
Saat mahasiswa, bagaimana cara membiayai semua aktivitas ngebolang itu ? Solusinya dengan cara mengirimkan tulisan ke media agar mendapat honor. Awalnya, saya latihan menulis untuk buletin kampus, Berkala ITB. Rupanya, lambat laun lolos terbit.
Setelahnya, tertantang naik kelas menulis artikel di suratkabar. Ternyata gak gampang. Saujana mesti luas, agar artikel relevan dengan pembaca skala luas. Syaratnya, mesti rajin membaca literatur & ngecas otak via seminar.
Puji Tuhan...alhamdulillah, kiriman tulisan bisa lolos di suratkabar Pikiran Rakyat, Bandung. Honornya lumayan gede.
Lalu, tertantang lagi mengirim tulisan ke majalah bisnis. Ternyata bisa terbit di beberapa majalah bisnis terkemuka di Jakarta. Honornya makin melambung.
Tabungan dari honor menulis pun bisa buat bayar tiket P.P ke luar negeri. Selebihnya, (hotel dan makan) terpaksa disubsidi dari bisnis sampingan saat kuliah.
Bagi saya, imperience (pengalaman memorabel) via ngebolang jauh lebih gokil daripada via literasi. Itulah kegembiraan yang membikin kreativitas menulis bagai infiniti. Ide jadi gak ada matinya !
Semoga 2021 ini bisa genap 1.000 artikel
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews