Darah seniman benar-benar mengalir deras di tubuh Prof. Dr. Husnan Bey Fananie, Dubes RI untuk Azerbaijan ini. Lihai main piano sudah diperlihatkannya saat manggung di arena Indonesia Cultural Festival (ICF) ke 4 di Kota Baku, ibukota Azerbaijan tiga malam berturut-turut, 13-15 September lalu.
Seperti terlahir menjadi seorang seniman, Prof. Dr. Husnan Bey Fananie tampil memukau saat jari-jemarinya lihai menampilkan permainan piano di depan panggung Indonesia Cultural Festival (ICF) 2019.
Dubes RI untuk Azerbaijan ini benar-benar menampilkan sosok seorang seniman di pagelaran yang dilaksanakan di Kota Baku, Azerbaijan tersebut.
Bahkan, tak hanya mahir memainkan alat musik piano, tapi ia juga pandai dalam melukis. Husnan menekuni dirinya sebagai seniman lukisa di-sela-sela kesibukannya sebagai dubes. Sebagian lukisan yang dia buat juga digantung di dinding KBRI.
''Saya sering menghadiahkan lukisan saya untuk tamu atau diplomat sesama dubes yang datang di sini,'' ujar Husnan
Selain pelukis dan mahir piano, Husnan yang pernah dianugerahi gelar profesor oleh Azerbaijan University ternyata juga seorang penyair.
''Prof. Husnan sudah menerbitkan sebuah buku puisi. Bahkan pada acara puncak Hari Puisi Indonesia sempat tampil baca puisi,'' ungkap seorang kritikus sastra, Maman S. Mahayana yang ikut berbincang.
Husnan selain menjadi diplomat tetapi ia memang seorang pemikir yang dekat dengan dunia peradaban dan sejarah. Oleh sebab itu, kehebatan Azerbaijan dalam dunia sastra dan peradaban itu benar-benar diselaminya.
Hal ini diakui, karena Husnain ialah seorang pemikir yang dekat dengan dunia peradaban dan sejarah. Jadi tak heran, jika dia benar-benar menyelami dunia sastra dan peradaban.
Sebab itu, ia pun mengetahui betul peradaban Islam mulai dari kejayaan hingga mengalami penjajahan oleh Tsar Rusia dan Uni Soviet.
Selain itu, husnan juga paham betul salah satu kebesaran Azerbaijan di masa lalu yang sangat tersohor adalah roman percintaan 'Laila Majnun' yang ditulis oleh Syekh Nizami Ganjavi. Karya sastra yang sangat dikenal luas di dunia termasuk Indonesia.
''Di sini saya beberapa kali menonton teater tentang Laila Majnun. Kisahnya sangat menarik dan inspiratif. Makanya saya berpikir alangkah bagus bila kisah 'Laila Majnun' diangkat ke film dengan cerita percintaan nasa kini,'' jelasnya.
Hingga gagasannya tersebut disambut baik oleh Starvision dan membuat tim kreatif perusahaan film ini datang ke Azerbaijan untuk melakukan observasi di sejumlah kota yang terkait dengan cerita roman tersebut seperti Baku dan Samakhe.
"Jadi nanti film 'Laila Majnun' digarap dengan cerita baru tentang kisah percintaan anak muda masa kini dengan setting cerita dua negara, Indonesia dan Azerbaijsn,'' ucap doktor tamatan Universitas Leiden, Belanda ini.
Selain itu, nantinya film ini juga akan mengangkat nilai budaya Indonesia dan Azerbaijan sebagai perwujudan rasa persaudaraan yang terjalin lama di antara kedua negara.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews