Elon Musk sampai ditawari KTP green card Tiongkok. Setelah serius ingin bangun mega-pabrik mobil listrik. Di luar kota Shanghai itu.
Yang menawari tidak kepalang tanggung: perdana menteri Tiongkok sendiri. Li Kejiang. Yakni saat Elon Musk bertemu Li di kantor pusat pemerintahan di Beijing. Rabu lalu.
Itulah gaya Tiongkok dalam merayu investor. Khususnya investor raksasa. Yang serius. Yang strategis.
Tanah seluas sekitar 100 ha pun diberikan. Di lokasi yang begitu mahal.
Padahal di Tiongkok sendiri industri mobil listrik lagi semarak-semaraknya. Termasuk hadirnya pemain baru. Yang juga raksasa: Byton. Masuk ke pasar sekelas Tesla Model 3. Yang bikin heboh itu. Terutama melihat siapa di balik Byton.
Tiongkok memang lagi perlu menunjukkan bukti: tidak menutup investasi asing 100 persen. Yang selalu dituduhkan Amerika.
Perusahaan asing selalu dipaksa berpartner lokal. Yang ujungnya mengecewakan mereka: pengalihan teknologi. Atau pencurian.
Melalui Tesla Tiongkok ingin menunjukkan bukti telak: Tesla Shanghai adalah 100 persen perusahaan Amerika.
Pun sebelum itu. Sebenarnya sudah dikeluarkan juga ijin serupa. Tapi kepada Jerman. Untuk pembangunan pabrik kimia raksasa. Oleh BASF.
Lepas dari itu hadirnya Tesla Shanghai benar-benar menjadi tonggak baru. Bagi dunia mobil listrik di Tiongkok.
To be or not to be.
Yang akan bersaing habis-habiskan adalah para raksasa: BYD, Geely, Nio. Yang sudah lebih dulu eksis di pasar Tiongkok.
Bahkan seperti BYD sudah bertahun-tahun. Enam tahun lalu pun saya sudah ke pabriknya. Di luar kota Hangzhou. Mencoba sendiri produk BYD itu.
Tapi akan hadir pula raksasa baru Tiongkok: Byton itu. Perusahaan dari Nanjing. Yang pernah jadi ibukota Tiongkok. Dengan produk sekelas Tesla Model 3. Yang layar monitornya lebih dramatik. Jauh lebih wow dari Tesla: seperti 7 iPad dijejer di daskboardnya. Ditambah satu seukuran iPad lagi. Di tengah kemudinya.
Tokoh di balik Byton ini adalah orang Jerman: DR. Daniel Kirchert. Dengan karir yang selalu melejit di BMW.DR Kirchert sudah ‘memandang ke timur’. Sejak muda. Sejak lulus perguruan tinggi. Ia nekad sekolah bahasa asing dulu. Bahasa Mandarin. Pilihannya di 南京大学. Nanjing University. Selama dua tahun.
Pulang ke Jerman Daniel sekolah lagi. Kalau masternya di bidang matematika, ia mengambil gelar doktor di bidang ekonomi.
Lalu bekerja di pusat BMW di Munchen. Karirnya naik terus. Sampai menjadi pimpinan BMW di Tiongkok. Dengan jabatan terakhir wakil presiden BMW.
Keahlian khususnya adalah marketing. Analisis data. Ekonomi regional. Dan segala pasar yang tipikal Tiongkok.
Sebelum ikut mendirikan Byton Daniel sempat bekerja untuk Infinity. Nissan. Di Tiongkok juga.
Pemda kota Nanjing berada penuh di balik Byton. Juga puluhan investor lain. Termasuk Robert Bosch dari Jerman, Faurecia dari Perancis, raksasa otomotif FAW dari Tiongkok, Suning Holding, Harmony New Energy dan banyak lagi. Ada juga partner Aurora. Khusus untuk mobil tanpa kemudi.
Daniel memang penuh energi. Ia masih sempat nulis dua buku. Dan artikel-artikel di koran. Terutama tentang pertandingan basket.
Akhir tahun ini Byton sudah bisa berproduksi 200.000 pertahun. Minggu depan membuka showroom di Shanghai.
Mobil listrik Tiongkok sekarang pun sudah yang terbesar di dunia. Apalagi tahun depan. Atau tahun berikutnya lagi.
Kapan-kapan saya akan tulis juga: bagaimana pemerintah melindungi mobil listrik dalam negerinya. Terutama yang kelas lebih murah.
Tesla menjadi seperti panik. Yang awalnya seperti agak ragu masuk Tiongkok.
Lalu cepat ambil putusan. Minggu lalu baru ground breaking pabriknya di Shanghai. Akhir tahun ini sudah dijanjikan masuk pasar. Seperti sulapan.
Bikin pabrik mobil listrik memang tidak sesulit mobil bensin. Apalagi di Tiongkok.
Apa pun kerja SSW ini gila-gilaan. Membangun pabrik mobil raksasa hanya dalam waktu 12 bulan!
***
Dahlan Iskan
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews