Uniknya, di dinding ruang praktek mereka banyak terpajang ulos Batak dan aneka cinderamata Indonesia lainnya. Itu pemberian pasien kita yang sembuh penyakitnya.
Inilah penyakit serius bangsa kita. Kurang banget mencintai marketing (ilmu dan praktek pemasaran). Penyakit ini umumnya banyak diidap oleh kaum terdidik. Banyak sarjana, semenjak dari bangku kuliah gak terkultivasi mentalnya dengan marketing.
Menjadi gak heran, jika didalam berpraktek profesi, kemampuan marketing para lulusan gak berkembang. Gak teraplikasikan. Ujung-ujungnya, SDM Indonesia dibidang apapun cenderung gak kompetitif dengan negara jiran kita.
Di bidang kedokteran, misalnya. Rumah sakit negara tetangga menjadi sasaran para pasien Indonesia yang ingin solusi kesehatan prima. Mengapa para dokter negara jiran diserbu ? Tentu saja, itu buah dari praktek marketing yang mereka mainkan.
Top 5 penyakit utama pasien Indonesia: jantung, kanker, ginjal, paru-paru dan diabetes, membikin rumah sakit di negeri jiran laris manis. Di Penang Adventist Hospital (Malaysia), misalnya. Tean Kim Nyin, Teh Aik Seng, Tan Chiang Soo & Chang Sau Kong adalah dokter spesialis yang diserbu pasien Indonesia.
Uniknya, di dinding ruang praktek mereka banyak terpajang ulos Batak dan aneka cinderamata Indonesia lainnya. Itu pemberian pasien kita yang sembuh penyakitnya. Di sandaran kursi Dr. Tan Chiang Soo misalnya, tersusun rapi ulos Batak. Pertanda apa itu?
Itu kiat "familiarization" marketing. Rasa mengapresiasi gift pasien yang sembuh. Itu strategi marketing, bro!
Ada lagi, Prof. Dr. Alif Carr Karim, dokter spesialis ortopedi ini sampai terbang ke Indonesia demi memberi sharing kesehatan di Hotel Clarion, Makassar. Pertanda apa itu?
Itu kiat "agility" marketing. Kelincahan menjemput bola memprospek konsumen via edukasi. Lalu, coba periksa ruang prakteknya. Di pintu, semua plakat nama dokternya mencantumkan apdet pendidikan profesionalnya di mancanegara. Pertanda apa itu? Itu kiat "branding" marketing.
Apakah doktermu mencintai marketing?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews