Menyoal Laporan Keuangan Garuda, Antara Accrual dan Conservatism

Polemik laporan keuangan PT (Persero) Garuda terjadi karena adanya perbedaan basis juga prinsip pengakuan pendapatan.

Kamis, 2 Mei 2019 | 22:37 WIB
0
1100
Menyoal Laporan Keuangan Garuda, Antara Accrual dan Conservatism
Garuda Indonesia (Foto: Marketeers)

Setelah kurang lebih delapan bulan lamanya publik disuguhi hiruk pikuk kampanye pilpres dan pileg yang gaungnya masih terasa, maka sepekan terakhir ini publik kembali diberikan satu pertunjukkan baru yaitu polemik laporan keuangan PT (Persero) Garuda Tbk.

Kutipan dari berbagai media cetak nasional menunjukkan pada tahun berjalan Garuda membukukan laba sebesar US$ 5.02 juta atau setara dengan Rp 11.33 Milyar. Laba ini berasal dari pengakuan pendapatan yang diperoleh dari PT Mahata Aero Teknologi sebesar US$ 239.94 juta dan piutang beserta PPNnya sebagai bagi hasil kerja sama dengan PT Sriwijaya Air senilai US$ 30.8 juta.

Jika dibandingkan dengan kinerja perseroan yang pada tahun 2017 memperoleh kerugian sebesar US$ 213.4 juta atau setara dengan Rp 2.88 triliun , capaian Garuda di tahun 2018 merupakan prestasi yang luar biasa.

Polemik laporan keuangan PT (Persero) Garuda Tbk. berawal dari ditolaknya pengakuan laba perseroan untuk kinerja tahun 2018. Adapun pihak yang menolak pengakuan laba ini yaitu PT Trans Airways dan Finegold Resources Ltd yang menguasai kurang lebih 28 persen saham Garuda.

Untuk diketahui PT Trans Airways sendiri merupakan anak perusahaan Chairul Tanjung Corp (CT Corp). Pihak manajemen Garuda bersikukuh bahwa laporan keuangan perusahaan sahih, namun pihak Trans Airways dan Finegold bersikap sebaliknya.

Publik pasti bertanya-tanya mengapa polemik ini bisa terjadi?

Penulis mencoba menguraikan sebagai berikut. Dalam teori dan praktek akuntansi dikenal dua basis pengakuan/pencatatan pendapatan dan beban (revenue and expense recognition) yaitu accrual basis (basis akrual) dan cash basis (basis kas) serta prinsip pengakuan yang disebut conservatism.

Basis dan Prinsip Pengakuan Pendapatan/Beban

Accrual basis

Mengacu kepada Weygandt, Kieso dan Kimmel (2016), accrual basis mengandung arti bahwa perusahaan harus mencatat/mengakui pendapatan dan beban saat terjadi transaksi bukan saat uang (cash) diterima atau dibayarkan.

Sebagai ilustrasi sederhana: pada tanggal 2 Mei 2019 PT A memberikan jasa konsultasi ke PT X dengan nilai Rp100 juta dan disepakati jasa akan dibayar oleh PT X pada tanggal 31 April 2020. Menurut accrual basis PT A harus mencatat pendapatan sebesar Rp100 juta di tanggal 2 Mei 2019 dan PT X mencatat beban yang terhutang sebesar Rp 100 juta juga di tanggal 2 Mei tahun 2019 bukan di tanggal 31 April tahun 2020.

Cash Basis

Cash basis sendiri berarti pendapatan dan beban dicatat/diakui saat terjadi penerimaan/pembayaran uang (cash). Untuk illustrasi di atas berarti PT.A akan mencatatkan pendapatannya dari PT X pada tanggal 31 April 2020 sesuai dengan kesepakatan dan hal yang sama berlaku untuk PT X dalam hal mengakui beban.

Conservatism

Conservatism mengandung makna perusahaan terlebih dahulu mengakui potensi terjadinya beban atau rugi (loss) daripada mengakui potensi pendapatan atau laba (profit).

Berdasarkan uraian konsep accrual basis, cash basis dan prinsip conservatism di atas. Pihak PT Garuda memiliki dasar pembenaran mengapa perseroan dapat mengakui pendapatan sebesar US$ 239.4 juta dan US$ 30.8 juta karena kedua pendapatan tersebut transaksinya terjadi di tahun 2018.

Selain itu dasar pengakuan terhadap pendapatan ini diperkuat oleh PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) 23 tentang pengakuan pendapatan berbasis akrual.

Sementara pihak PT Trans Airways dan Finegold Resources Ltd berpendapat bahwa pendapatan US$ 239.4 juta dan US$ 30.8 juta belum bisa diakui sebagai pendapatan karena sepanjang tahun 2018 perseroan belum sepeser pun memperoleh uang (cash) dari pendapatan tersebut.

Jadi pihak PT Trans Airways dan Finegold Resources berpandangan bahwa pendapatan tersebut masih berupa piutang. Selain itu mereka berpendapat bahwa pihak Garuda tidak memakai prinsip conservatism dalam pengakuan pendapatan tersebut.

Berdasarkan hal di atas bisa disimpulkan bahwa polemik laporan keuangan PT (Persero) Garuda terjadi karena adanya perbedaan basis juga prinsip pengakuan pendapatan. Pihak manajemen PT (Persero) Garuda memakai accrual basis dan prinsip contra-conservatism. Di lain pihak, PT Trans Airways dan Finegold Resources Ltd menggunakan cash basis serta prinsip conservatism sebagai dasar pengakuan pendapatan.

Gatot Nazir Ahmad, Dosen Keuangan Perusahaan FE UNJ
gnahmad@unj.ac.id, ahmad72nazir@gmail.com

***