Jika Anda menjadi sales percetakan, ada 2 hal penting yang harus Anda bangun yaitu:
1. Hubungan dengan percetakan
2. Hubungan dengan klien
Hubungan keduanya harus baik. Sebisa mungkin berhubungan sangat baik. Saya biasa menyebut hubungan emosional. Dekati mereka dengan baik.
Berhubungan dengan percetakan, memang harus cari percetakan yang memang punya sistem menerima sales. Percetakan seperti ini bisa dibilang punya harga khusus saat melayani sales. Harga yang diberikan pada sales pasti beda jika memberi harga langsung pada konsumen.
Jadi secara harga Anda akan dapat harga yang lebih murah. Dan yang terpenting lagi, percetakan seperti ini tak akan mengambil order Anda. Percetakan seperti ini tak akan mematikan Anda karena Anda adalah pencari orderan buat mereka.
Itulah yang kami lakukan di Brangkal. Hampir semua percetakan di Brangkal Mojokerto -bukan hanya milik saya-, siap melayani sales dan menghargai keberadaan sales. Saya tidak mempromosikan percetakan saya ya, tapi lebih menunjukkan bahwa hampir semua percetakan di lingkungan kami seperti itu.
Kedua, hubungan dengan konsumen juga sama. Kita harus menjalin hubungan dengan baik.
Saya pribdai tidak begitu tertarik mengerjakan order secara langsung dengan instansi pemerintahan karena hubungan baik dengan mereka bisa dianggap sebagai gratifikasi. Namun semua itu pilihan. Saya tidak menyalahkan bagi yang mengerjakan proyek pemerintahan.
Intinya, sales memang harus punya hubungan baik dengan sang penentu kebijakan di tempat kita mendapatkan order. Dan tak dipungkiri bahwa dengan pendekatan emosional, mereka akan lebih suka dengan kita. Dengan hubungan baik, mereka biasanya tak terlalu mengurusi soal harga.
Kita juga bisa melayani dengan baik dengan cara: berhubungan tak selalu urusan pekerjaan. Berkunjung ke rumahnya sambil bawa oleh-oleh dan "tak bicara pekerjaan sama sekali". Kita bisa bicara soal keluarga, soal hobby, soal mobil, dll.
Pendekatan seperti itu menurut saya akan lebih langgeng. Order cetakan yang lain pun akan dengan senang hati diberikan ke kita. Faktor harga tak lagi jadi faktor utama.
Luar daerah? Tak masalah. Tetap perlakukan klien secara personal. Itu sekadar saran dari saya.
Oh, ya, tulisan kali ini akan saya tutup dengan semacam disclaimer bahwa semua tulisan saya adalah pendapat saya. Dan tentu ini bukan satu-satunya pendapat yang bisa dipakai. Saya hanya pengusaha percetakan kelas kecil. Mungkin tulisan saya bagi pengusaha percetakan raksasa hanyalah teori ecek-ecek. Namun memang dari awal tujuan saya menulis ini lebih kepada pemula yang ingin memulai bisnis percetakan dengan modal terbatas.
Namun, meski tulisan saya berusaha mempermudah untuk membuka usaha, ada saja yang merasa semua itu masih serba sulit. Ya namanya membuka usaha ya memang tak ada yang mudah, semua tetap harus kerja keras dan menghadapi berbagai risiko. Saya contohkan tanya jawab tentang menjadi sales berikut ini:
Kalau nanti konsumen minta contoh produk, bagaimana?
Ya minta contoh ke percetakan.
Kalau nanti konsumen minta tahu percetakannya dan pengen lihat mesinnya?
Ya kerja sama sama percetakan.
Kalau percetakannya tidak mau?
Ya cari yang mau.
Kalau percetakannya nanti mencuri orderan kita, kita rugi dong?
Ya cari percetakan yang tidak begitu.
Kalau percetakannya nanti hasilnya jelek, yang kena kita sebagai sales?
Ya cari percetakan yang hasilnya bagus.
Kalau nggak ada percetakan yang seperti itu?
Ya sudah nggak usah kerja saja! Tidur di rumah saja.
Segala jenis pertanyaan pengandaian seperti di atas pasti sangat banyak. Semakin tidak dikerjakan akan semakin banyak. Kalau tidak siap ya tidak perlu buka usaha.
Hasyim Muhammad, CV Percetakan Fajar
***
Tulisan sebelumnya: Membuka Bisnis Percetakan [6] Mindset Mencari Order
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews