Investor ke Vietnam

Vietnam lebih korup. Tapi investor lebih suka menanamkan uangnya di sana. Karena negeri itu lebih stabil. Politisi gak banyak pecicilan. Kepastian hukum relatif terjaga.

Jumat, 20 September 2019 | 07:46 WIB
0
321
Investor ke Vietnam
Ilustrasi Vietnam (Foto: Facebook/Eko Kuntadhi)

Indeks Persepsi Korupsi di Vietnam lebih tinggi dibanding kita. Tapi investor lebih memilih ke sana. Apakah investor lebih suka negara yang korup?

Bukan itu masalahnya.

Kita mungkin lebih 'bersih' dibanding Vietnam. Pejabat disini takut korupsi karena KPK galak. Apalagi kalau tertangkap, wajahnya dipajang di TV. Dipertontonkan ke seluruh masyarakat.

Pejabat Vietnam korupsinya mungkin lebih getol. Sogokan gak kalah banyak. Tapi ada satu yang pasti, jalanan di Vietnam jarang ada demo. Buruhnya tertib. Produktivitasnya juga lebih tinggi.

Di Vietnam stabilitas politik terjaga. Pemerintah mungkin sedikit keras. Dan di sana gak ada FPI apalagi HTI. Kerja, ya kerja. Dagang ya, dagang. Gak direpotin sama demo-demo.

Urusan privat, misalnya soal agama, dibiarkan menjadi urusan privat. Pemerintah gak memposisikan diri sebagai polisi moral yang ngatur soal gimana cara pacaran. Sampai jilbab apa yang paling syari.

Kantor-kantor pemerintah dan BUMN gak jadi mandeg ketika jam 10 pagi, karena pegawai negerinya sibuk sholat Dhuha tapi meninggalkan kewajiban pekerjaannya. Entahlah. Apakah Allah senang dengan cara seperti itu?

Vietnam lebih korup. Tapi investor lebih suka menanamkan uangnya di sana. Karena negeri itu lebih stabil. Politisi gak banyak pecicilan. Kepastian hukum relatif terjaga. Apalagi untuk kepastian investasi.

Rakyat Vietnam yang pernah capek menghadapi invasi AS, juga sadar. Mereka harus bangkit. Harus bekerja keras agar ekonomi berputar. Kalau mau kaya, gak cukup dengan jualan motivasi berbungkus agama. Kalau mau kaya, caranya bukan jadi penceramah konteoversial yang gampang mengkafir-kafirkan.

Vietnam sadar, ada dua kekuatan dunia yang bersaing sekarang --AS dan Cina. Negeri ini dulu pernah dibombardir AS. Diluluhlantakan. Darah dan penderitaan rakyat dimana-mana. Jadi setelah bebas, dia gak mau terulang lagi.

Mereka bersahabat dengan AS, bukan menghamba. Demikian juga dengan Cina. Semua saling memberi keuntungan. Vietnam memetik manfaat besar dari stabilitas politiknya.

Dan kepastian hukum. Gak banyak ribut membuat negeri itu sekarang sibuk bekerja. Peluang kerja terbuka lebar dari investor berebut relokasi industri ke sana.

Vietnam juga gak punya gurun. Gimana kadal mau hidup?

Sementara kita? Masih bergulat dengan narasi asing, aseng, asu. Padahal di jaman begini, investasi adalah tulang punggung. Tanpa investasi, Indonesia akan terkapar diterpa krisis.

"Mas, di Vietnam itu ada orang kayak Riziek, gak?" tanya Abu Kumkum.

Gak nyambung, Kum...

***