Kalau belakangan ini kita selalu melihat hal aneh dari MUI, sebenarnya polisi gak kurang anehnya, mereka nyaris berpura-pura saja ngurus negara karena sejatinya mereka hanya ngurus untuk diri sendiri.
Viral masalah tambang andesit yang memicu framing diarahkan ke represif aparat. Dan ujungnya seperti biasa ada usaha menyudutkan pemerintah, nariknya paling enak ke isu HAM.
Persoalan ini sebenarnya fenomena gunung es. Kasus serupa banyak di daerah, hanya saja kerjasama antara penambang dan aparatnya mulus, bagi hasilnya terkelola, amanlah semua.
Saya bisa katakan hal itu karena saya punya stone crusher di Nganjuk yang kena cekal karena katanya yang nyuplai batu gak berizin hanya karena aparat yang juga nyuplai ke pabrik kami volumenya mengecil setelah kepala desa setempat ikut nyuplai. Saya dipanggil ke polres, katanya kami menerima batu kali dan macam-macam. Urusan dengan polisi mana ada menangnya, ujung-ujungnya setorlah kami.
Jujur sebenarnya kasian rakyat, punya lahan mau diurus izin mahal dan di persulit, akhirnya jadi tambang liar pakai beking aparat, kalau tidak pasti jadi ATM.
Pemerintah selalu abu-abu, dulu izin diberikan wewenang ke daerah, bupati nya jadi raja kecil dan lingkungan rusak. Sekarang izin ditarik ke pusat tapi gak terurus, ngurus izin bisa berbulan bahkan tahun, mahalnya buat orang desa jual nyawa.
Negara ini sebenarnya yang baik tinggal Jokowi dan Ahok, kalau ada orang lain, tapi mereka diam atas kerusakan semua lini, ya jadinya sama saja gak ada gunanya baik, tapi diam. Jadi apem saja, bisa di pakai sembahyang kelenteng.
Wadas, sekarang jadi pusaran kepentingan. Ada orang Komnas HAM segala ke sana, DPR juga gaya gayaan. Wong mereka yang buat Undang-undang, dan gak pernah tau gimana susahnya rakyat. Bullshit semua kalian.
Kesimpulan kita bahwa kita terus pada lingkaran pengurus negeri yang munafik dan buas melebihi binatang. Jokowi sendiri terlalu repot untuk bisa ngurus semua masalah. Ini akibat kelamaan dirusak oleh manusia setengah setan selama puluhan tahun,sehingga yang buruk menjadi biasa. Lama-lama jadi beruk beneran.
Kalau belakangan ini kita selalu melihat hal aneh dari MUI, sebenarnya polisi gak kurang anehnya, mereka nyaris berpura-pura saja ngurus negara karena sejatinya mereka hanya ngurus untuk diri sendiri.
Mau contoh datang ke perumahan kami di Sidoarjo, ada 24 perwira polisi di sini, harga rumahnya rata-rata di atas 2M. Ada yang 4 rumah dijadikan satu, dan 2 rumah di depannya dijadikan garasi.
Tambang andesit itu kecil mas, sana lihat ke Kalimantan, hampir semua tambang batubara liar yang disebut Peti yang ngelola aparat..
Maling, teriak maling.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews