Inovasi Mahasiswa Untag Surabaya Mengolah Limbah Kulit Pisang Menjadi Produk Bernilai Jual Bersama Warga Begaganlimo

Bagas Firmansyah dari prodi akutansi sebagai pencetus utama ide pembuatan krupuk pisang ini juga merasa kagum pada warga desa karena mereka dengan sangat kompeten dalam hal praktek.

Senin, 28 Oktober 2024 | 06:14 WIB
0
14
Inovasi Mahasiswa Untag Surabaya Mengolah Limbah Kulit Pisang Menjadi Produk Bernilai Jual Bersama Warga Begaganlimo
Dokumentasi Foto Bersama Mitra Dan Warga Desa Begaganlimo

Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (Untag) didampingi oleh dosen pembimbing lapangan membantu warga desa begaganlimo yaitu Ibu piarah seorang produsen dan penjual kripik pisang, Untag memberikan pendampingan untuk mengolah limbah kulit pisang menjadi produk yang bernilai jual, mahasiswa untag berencana mengolah limbah tersebut menjadi Krupuk kulit pisang.

Sebelum mengimplementasikan ide tersebut telah dilakukan analisis mendalam mengenai kandungan dan manfaat kulit pisang serta cara pengelolahanya yang baik sehingga bisa dikonsumsi, setelah dianalisis ternyata kulit pisang banyak mengandung polifenol, karotenoid dan kaya akan antioksidan yang baik untuk menangkal radikal bebas dan mengurangi resiko kanker.

Langkah yang dilakukan demgan mengadakan pelatihan yang diikuti oleh mitra yaitu ibu piarah dan beberapa kelompok ibu rumah tangga dengan tema “ Prosedur Pembuatan Krupuk Kulit Pisang Untuk Mengurangi Limbah Dan Menciptakan Produk Bernilai Jual “, dengan harapan dari kegiatan ini nantinya dapat meningkatkan pendapatan daerah masyarakat begaganlimo Mojokerto,

Ada tiga mahasiswa untag yang memimpin berjalanya pelatihan ini, mereka yakni : Lil Hudatul Fitriyah (Prodi Administrasi Bisnis), Mohammad Alam Barkani (Prodi Teknik Informatika) dan Bagas (Prodi Akutansi) dengan didampingi oleh dosen pembimbing lapangan yaitu : I Gde Sandy Satria S.H.,M.H.,

 Salah satu mahasiswa, Lil Hudatul Fitriyah dari prodi administrasi bisnis mengungkapkan, limbah organik ini harus diolah menjadi produk yang bernilai ekonomi. 

“ Karena kulit pisang ini mengandung banyak manfaat yang bisa menjadi nilai jual, dari penjualan tersebut dapat menambah pendapatan masyarakat khususnya ibu piarah dan ibu rumah tangga lain yang mengikuti pelatihan,” jelasnya saat dihubungi pada senin (15/07/2024).

 Mahasiswa administrasi bisnis, Fisip untag ini menceritakan bahwa selama ini ibu piarah hanya menjual kripik pisang dan membuang kulitnya, oleh karena itu di adakan pelatihan pendampingan ini agar bisa mengedukasi warga akan pentingnya mengolah limbah dan memanfaatkan sumber daya lokal untuk menciptakan produk bernilai jual.

Mohammad Alam Barkani seorang mahasiswa prodi Teknik informatika untag Surabaya juga mengatakan bahwa masyarakat punya potensi lebih untuk dikembangkan.

“Ketika melaksanakan implementasi langsung proses pembuatan krupuk kulit pisang ini warga desa sangat terlihat antusias, mereka dengan cepat memahahi step by step yang kami jelaskan”

Bagas Firmansyah dari prodi akutansi sebagai pencetus utama ide pembuatan krupuk pisang ini juga merasa kagum pada warga desa karena mereka dengan sangat kompeten dalam hal praktek.

“Saya tidak menyangka kalau ibu piarah dan warga desa lain begitu cekatan dalam implementasi prosedur pembuatan, bahkan mereka mencoba berkreasi sendiri mengolah adonan krupuk kulit pisang menjadi cilok rebus yang sangat lezat, namun untuk adonan cilok masi perlu sedikit revisi bahan agar teksturnya lebih pas, jika hal tersebut berhasil maka nantinya akan menjadi produk yang lebih cuan,” urainya.

Pelatihan pendampingan ini dilakukan pada bulan juli waktu pelaksanaan kegiatan KKN, kegiatan ini berlangsung selama 5 hari, mulai dari proses produksi, proses penjemuran, dan proses pengemasan, namun sebelum dilakukan pelatihan, tim KKN mahasiswa untag telah meminta izin pada warga dan ibu piarah mengenai implementasi dari inovasi Krupuk kulit pisang ini, mahasiswa untag juga telah memberikan testi produk jadi pada mitra yaitu ibu piarah.

Sedangkan menurut pendapat ibu piarah sendiri, beliau sangat berterima kasih pada mahasiswa untag Surabaya yang berkenan untuk memberikan pelatihan dan pendampingan prosedur pembuatan krupuk kulit pisang.

“Saya ucapkan banyak terima kasih kepada para adik-adik mahasiswa yang telah mendampingi kami, memberikan kami ilmu dan pengalaman baru, inovasi ini sangat membantu saya untuk menambah varian baru produk dan membantu kami para warga desa megurangi limbah organik yang masuk ke lingkungan,” Katanya pada saat di kediaman beliau.

Dari kolaborasi antara mahasiswa untag dan warga begaganlimo pada pelatihan pendampingan inovasi pembuatan krupuk kulit pisang ini diharap tidak hanya meningkatkan pendapatan daerah namun juga memberikan kesadaran dan ilmu terhadap warga begaganlimo mojokerto akan pentingnya mengolah limbah organik.