Barangkali skenario buruk ini yang menyebabkan Sarinah membuka kemungkinan McD beroperasi kembali setelah direnovasi dengan anggaran 700 Milyar.
Beberapa hari setelah MC Donald ditutup, kawasan Sarinah bak pasca kerusuhan Mei 1998. Sepi njejet kata orang Jawa. Pasalnya, tidak hanya McD yang hengkang tapi juga 33 juga tutup. Beberapa di antaranya adalah waralaba asing.
Ide Eric Thohir menjadikan Sarinah sebagai etalase produk dalam negeri dengan Kredo Indonesia Friendly, agaknya sangat berat dilakukan.
Pasalnya, tidak ada icon makanan dalam negeri yang bisa mengalahkan jaringan restoran siap saji multinasional. Baik besaran outletnya atau kapitalnya.
Bagaimanapun harus ada merk besar nongkrong di Sarinah supaya ramai pengunjung. Tapi siapa dan perusahaan mana?
Bisakah Burger Bener menggantikan McD. Atau Makaroni Ngehe. Atau sebut nama gerai pengusaha anak negeri lainnya. Mereka belum ada yang sanggup melawan McD dan resto siap saji waralaba asing.
Lagipula gaya sewa Kopi.Kenangan makin menjadi trend. Sewa satu kios kemudian disewakan lagi ruang-ruangnya. Jadi satu kios bisa sampai 3 resto. Mereka hanya menyisakan ruang sempit bagi mereka yang ingin makan di tempat.
Cara ini efektif bagi start up di bidang kuliner yang mengandalkan gaya jajan online kaum milenial.
Saya membayangkan setelah di renovasi, Sarinah bakalan sepi. Kenapa? Mana ada UMKM yang sanggup mengontrak lapak di kawasan prime area.
Ada kemungkinan pemodal besar yang masuk. Seperti kelompok Bogasari yang ambil alih icon McD lewat resto Udonnya. Mungkin juga Richeese Factory atau HokBen.
Tapi apakah resto cepat saji ini tidak bertentangan dengan ide dasar Eric Thohir yang ingin Sarinah jadi ikon produk UMKM Indonesia?
Jika ditolak bagaimana?
Jikapun diterima, apakah mereka bisa menciptakan nuansa yang sama dengan McD?
Walhasil, Sarinah sepeninggal McD,, bisa berubah menjadi food court dengan ratusan gerai. Yang sempit dengan harga mahal tapi makanannya tidak se- standard Mc D, KFC atau Burger King.
Jadi kita bisa bayangkan Sarinah di masa depan. Yang menjadi paduan Thamrin City yang dipenuhi gerai UMKM lokal di bidang garment serta Pasar Festival Kuningan yang jadi pusat jajan. Atau malahan kayak Tanah Abang. Atau pasar Senen sekalian.
Sekali lagi dengan catatan jika para pemilik gerai itu mampu membayar sewa. Yang konon kabarnya, harga sewa gedung lintas Thamrin mencapai 75 juta per meter persegi - sekali lagi permeter persegi-- untuk sewa selama satu tahun.
Jika tidak mampu bayar sewa, kemungkinan pemerintah beri subsidi. Ini yang parah. Sekali diberi subsidi, pengusaha tidak akan berkembang karena sudah enak duluan. Jika sewa dinaikkan, mereka mengancam akan hengkang.
Dan jika hengkang, tidak ada memori dan romantisme di Sarinah nanti.
Sebab para pecinta Car Free Day lebih senang menikmati kopi starling atau bubur ayam atau kuliner lain yang dijajakan dengan mobil.
Di depan Sarinah.
Lengkap dengan kekumuhannya.
Sementara Sarinah makin kalah pamornya dengan big spender yang lebih suka bertagak di Burger King atau Starbuck di sebelahnya, Jakarta Skyline.
Kalau begini caranya, maka Sarinah akan menjadi kawasan rindu order seperti senyap dan kumuhnya rest area tanpa KFC dan MC Donald.
Barangkali skenario buruk ini yang menyebabkan Sarinah membuka kemungkinan McD beroperasi kembali setelah direnovasi dengan anggaran 700 Milyar.
Kata direktur Sarinah, McD boleh buka asal sesuai dengan tema lokalitas Indonesia.
Tidak jelas lokalitasnya kayak mana?
Apakah nanti McD diwajibkan buat Burger Semur Jengkol?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews