Narasi Sesat Yanuar dan Agustinus Menyerang Erick Thohir

Seluruh narasi menyesatkan Yanuar dan Agustinus dengan cara menyembunyikan data, dan memilah data yang menguntungkan untuk tujuan framing, adalah pembunuhan karakter terhadap Erick Thohir dan Boy Thohir.

Senin, 6 Juni 2022 | 07:38 WIB
0
259
Narasi Sesat Yanuar dan Agustinus Menyerang Erick Thohir
IPO Goto (Foto: Facebook/Ninoy N. Karundeng)

Narasi sesat terkait IPO Goto digoreng oleh Yanuar Rizky dan Agustinus Edy Kristianto terhadap Erick Thohir, yang dituduh seolah melakukan intervensi terhadap Telkomsel.

Yanuar menebarkan informasi narasi framing dengan data yang dia pelintir, dengan memaparkan data sesuai dengan tujuannya untuk membunuh karakter orang.

Salah satu data yang dia sodorkan tentang harga saham Goto sebelum Telkomsel membeli saham yang dia sebut seharga Rp1 (satu rupiah) per satu saham, Telkomsel membeli dengan harga Rp266. Telkomsel jadi investor yang membeli saham mahal, dan dituduhkanlah adanya kongkalikong di dalam transaksi tersebut.

Yanuar menyebut seharusnya Telkomsel membeli saham setelah IPO. Yanuar menyembunyikan data untuk memframing pembusukan dan pembunuhan karakter. Data bahwa Telkomsel membeli saham Goto sebelum IPO, sementara setelah itu perusahaan-perusahaan internasional besar lainnya juga membeli saham sebelum IPO dengan harga 39% lebih tinggi dari Telkomsel.

Perusahaan tersebut mulai dari Google, Fidelity Management (Amerika Serikat), Mitsubishi (Jepang), ADIA (Uni Emirat Arab), Temasek GIC/BUMN Singapura, Avanda Investment, Seatown (Singapura), Permodalan Nasional Berhard, Khazanah (BUMN Malaysia), Tencent, Primavera (China), dan World Ferry Management (Hong Kong).

Data di atas mematahkan framing Yanuar karena terbukti bukan hanya Telkomsel yang membeli saham Goto sebelum IPO. Perusahan sekelas Google, Tencent, Temasek GIC, BUMN Malaysia, tentu tidak sebodoh yang dituduhkan Yanuar. Dan, dengan demikian terbentuknya harga saham menjadi Rp266, bukan karena masuknya Telkomsel.

Dan, perlu diketahui bahwa Telkomsel sahamnya dimiliki 65% oleh Telkom dan 35% oleh Singtel. Tentu Singtel tidak akan mau Telkomsel membeli saham Goto tanpa memperhitungan keuntungan bisnis. Parameter yang dipakai hanya bisnis. Ini tidak diungkap oleh Yanuar, karena jika diungkap akan menggagalkan framing jahatnya.

Buntut dan bottom line dari framing jahat Yanuar ternyata dia sakit hati karena dipecat dari komisaris BUMN (Pupuk). Jadi balas dendam terhadap Erick Thohir, motif seluruh framing jahat Yanuar.

Sedangkan Agustinus Edy memframming bahwa Boy Thohir memiliki saham sebesar 1 milyar lembar. Angka 1 milyar lembar saham ini hanya 0.9% dari seluruh saham. Dengan angka 1 milyar saham, dengan presentasi mencapai 1 persen saja tidak, Boy Thohir bukan siapa-siapa di perusahaan.

Karena untuk menjadi pemegang saham pengendali harus 51% dari seluruh saham. Agustinus menggambarkan besaran jumlah 1 milyar saham kepada publik, dengan tidak menyebutkan prosentasenya untu memframing jahat terhadap Boy Thohir, dan ujungnya Erick Thohir.

Lalu apa motif Agustinus menyerang Erick Thohir? Agustinus memang sebelas dua belas dengan Yanuar. Sama-sama barisan sakit hati. Yanuar sakit hati saat dipecat sebagai komisaris BUMN. Sedangkan Agustinus sakit hati karena urusan periuk nasi.

Sebelum Erick jadi menteri, perusahaan milik Agustinus menikmati uang BUMN via iklan di media yang dia dirikan Gresnews. Tapi aliran uang itu berhenti di era Erick yang memang mengedepankan transparansi. Akibat dari berhentinya aliran uang, media milik Agustinus kini gulung tikar.

Di era saat uang iklan BUMN mengalir lancar ke perusahaannya, Agustinus duduk manis. Tak ada tulisan panjang kritik yang dia unggah hingga medio 2019. Padahal kala itu banyak skandal yang terjadi.

Skandal yang di kemudian hari diungkap Erick. Semua serangan ke BUMN baru terjadi setelah Erick masuk pada 2019 dan melakukan bersih-bersih. Semangat bersih-bersih BUMN ternyata menyasar pula ke aliran uang ke media Agustinus. Akibatnya, serangan balik bertubi pun diarahkan pada Erick dan keluarganya.

Jadi, dengan demikian seluruh narasi menyesatkan yang dilakukan oleh Yanuar dan Agustinus, dengan cara menyembunyikan data, dan memilah data yang menguntungkan untuk tujuan framing, adalah pembunuhan karakter terhadap Erick Thohir dan Boy Thohir, yang dilandasi oleh rasa sakit hati Yanuar dan Agustinus.

Ninoy Karundeng

***