Ahok mungkin tersenyum getir dan makin menyadari bahwa takdirnya hanyalah mendapat ruang sempit.
Seusai bertemu Ahok, pengusaha sekaligus political operator Sofyan Wanandi suatu ketika berkata Ahok tidak mau diatur-atur. Sejak itu katanya, Saya tidak pernah menghubungi Ahok lagi.
Dan Ahok kalah. Gagal jadi Gubernur. Dipenjara malah.
Tidak hanya itu.Karir politiknya juga dikebiri.
Dijidatnya terpapar mantan napi dengan tuntutan hukuman diatas 5 tahun. Yang membuat semua pintu yang tersedia menjadi menteri apalagi Presiden langsung tertutup buat dia.
Dari sini kita tahu bahwa kekalahan Ahok bukan disebabkan oleh kampanye kadrun-kadrunan yang sekarang ini gembar- gembornya makin lama makin dobol dan memuakkan.
Ahok tidak diinginkan oleh semua orang yang punya tautan kekuasaan.
Sebab sekali dia diberikan kekuasaan, Ahok bagaikan anak panah yang melesat sendriian dengan kecepatan yang dia tentukan sendiri. Yang tidak bisa dikendalikan oleh pemegang busur.
Yang tanpa ampun menabrak dan melukai banyak orang yang terserempet anak panah bernama Ahok.
Sekali dia diberi jabatan. Dia akan mengobrak abrik tatanan oligarkis, nepotisme, manipulasi, korupsi dan aneka tindakan yang merugikan orang banyak.
Sepak terjang dia di Pertamina menunjukkan kualitas kepemimpinan Ahok.
Dia hilangkan perlahan premium hingga konsumen beralih ke pertalite.
Aneka proyek menghamburkan yang ditebas. Termasuk fasilitas Kartu kredit yang -- Masya Allah-- limitnya 30 Milyar. Juga aneka fasilitas enak para pejabat Pertamina yang bahkan terkuak bahwa ada pos dana uang jajan buat pemegang kekuasaan ketika melakukan kunjungan kerja dan sebagainya.
Dalam skala mikro, Ahok telah membuat gempa hebat skala 6,9 yang membuat para petinggi Pertamina yang hidup sangat enak terhuyung, tersungkur dan jatuh.
Keputusan Presiden Jokowi yang langsung memecat seorang petinggi Pertamina yang ngotot menggunakan pipa impor, kononnya adalah usulan Ahok. Dan yang dipecat itu adalah mitra kerja Ahok waktu di DKI.
Bayangkan jika dia memimpin sebuah kementerian atau negara. Bakal menjadi bencana besar bagi para oligarkis yang mencengkeram negeri ini. Yang menjelang akhir kepemimpinan Presiden Jokowi, kiprahnya makin menjadi-jadi.
Masyarakat digiring untuk terus menghujat ustad dobol yang digembar-gemborkan oleh buzzerRp Dan influencret bayaran mereka. Hingga mereka bebas menggangsir kekayaan negara dan bangsa ini, lewat ribuan cara termasuk pelemahan sistematis KPK yang kasat mata. Termasuk keringanan hukuman atas jaksa penilep uang negara yang benar-benar menyakiti rasa keadilan.
Dan semua Itu diluar jangkauan Ahok.
Dari perspective lingkaran oligarkis, pada akhirnya kita paham bahwa kiprah Ahok hanya percikan air yang hanya mendinginkan wajah kita yang panas akibat marah dan geram melihat kiprah oligarkis yang makin menggila. Yang hanya menyejukkan sesaat. Tidak permanent.
Dan percikan Ahok akan berhenti ketika pak Jokowi lengser.
Dan ini bisa juga bagian dari rencana besar kaum oligarkis untuk memberi muka untuk pak Jokowi sampai akhir jabatannya.
Agar sang Presiden bersedia pasang badan buat mereka..
Dan ketika pak Jokowi lengser
Ahok mungkin tersenyum getir dan makin menyadari bahwa takdirnya hanyalah mendapat ruang sempit.
Yang kerjaannya untuk membuat citra bagus bagi pemerintahan yang dikangkangi oleh aneka kecurangan...
Persis seperti Pertamina sekarang ini..
Dia cuma mentok jadi sekrup.
Yang bisa dibuang setiap saat..
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews