Kalau Farhat Abbas diangkat menjadi Menkumham, bersiap-siaplah untuk mengubah semua aspek tentang hukum. Mengapa? Karena cara dia menafsirkan dan mengaplikasikan aturan hukum, tidak lagi dari kanan ke kiri melainkan darit kiri ke kanan.
Farhat membaca kitab-kitab hukum dari arah yang terbalik. Ini membuat logika dia pun menjadi jungkir-balik juga. Itulah sebabnya dia mengadukan orang yang tertipu ke polisi. Tak cukup hanya mengadukan orang yang menipu. Itu yang dia lakukan dalam kasus pembohongan oleh Ratna Sarumpaet (RS).
RS menipu Prabowo Subianto, Sandiaga Uno, Pak Amien Rais, Fadli Zon, Ferdinand Hutahaean, Fahira Idris, Rachel Maryam, Natalius Pigai, Rizal Ramli, Naniek Deyang, dll, yang dipolisikan oleh Farhat malah orang-orang yang tertipu ini.
Inilah logika premanisme hukum Farhat Abbas. Hancur Indonesia jika cara berpikir Farhat kita adopsi.
Bagaimana tak hancur? Kelak para maling, penjambret, pemerkosa, pengeroyok, dlsb, akan mempolisikan orang-orang yang mereka rugikan. Yurisprudensinya adalah logika Farhat Abbas itu.
Logika premanisme hukum. Pokoknya harus begini. Pokoknya aturan hukum Indonesia harus dibalik. Harus ikut apa kata Farhat.
Pokoknya Prabowo dan Sandi harus dibuat tertuduh. Apa tujuan Farhat? Supaya posisi Prabowo-Sandi yang semakin kuat saat ini, bisa dilemahkan. Itulah targetnya. Beginilah cara orang-orang yang “running out of steam”. Tak mampu lagi memikirkan cara yang elegan untuk menandingi lawan.
Farhat dan “tim logika premanisme” yang dipimpinnya berharap Prabowo-Sandi yang semakin tak terbendung saat ini, bisa melemah. Padahal, logika premanisme hukum mereka itu semakin memperkuat Pak Prabowo. Para pendukung Pak PS bukannya surut. Mereka makin yakin paslon mereka difitnah sana-sini.
Semoga saja pihak yang berwenang, terutama kepolisian, tidak sampai tertipu oleh cara Farhat membaca kitab-kitab hukum.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews