Peran "Key" Formal dan Informal Individual dalam Pilpres

Minggu, 23 September 2018 | 05:19 WIB
0
593
Peran "Key" Formal dan Informal Individual dalam Pilpres

Dalam ilmu intelijen penggalangan, para handler harus mampu memetakan siapa tokoh-tokoh kunci yang mampu memengaruhi target. Secara teori ada dua kelompok tokoh kunci, yaitu Key Formal Individual (KFI) dan Key Informal Individual (KII).

Terkait dengen pilpres yang pelaksanaannya sama harinya dengen Pileg, 17 April 2019, maka Timses Capres tidak bisa bergantung penuh kepada parpol pengusung serta pendukung, karena para elit kini makin khawatir, masyarakat terlihat lebih antusias kepada pilpres daripada pileg.

Kalau para politisi keliru langkah bisa-bisa parpol menengah, papan bawah dan yang baru harus siap dengan resiko pileg 2019 jadi kuburannya. Maka jadilah politisi dan parpolnyya gentayangan di pagar DPR Senayan dan juga di daerah-daerah. Ngeri kalau dipikir sih. Yang jelas menonjol baru PDIP dan Gerindra.

Saya tidak membahas soal parpol yang pasti ribet, banyak slimpetannya. Jadi mau bahas pilpres saja yang sudah jelas dengan 2 calon. Ribet juga sebenernya, tapi massif dalam batas toleransi ribet sedang.

Key Formal Individual adalah mereka-mereka, para tokoh atau pejabat formal yang melakukan kegiatan sistematis, berstruktur, bertingkat dalam sebuah organisasi formal. Dalam kaitan pilpres, misalnya Kepala Daerah, Gubernur, Bupati, Walikota, Camat, Lurah. Mereka-mereka itu punya pendukung di daerahnya masing-masing. Karena itu mereka bisa jadi kunci memenangkan jagonya.

Sementara Key Informal Individual adalah para tokoh informal, bukan pejabat formal, tetapi ketokohan mereka mampu memengaruhi lingkungan dan masyarakat mulai dari level desa, bahkan bisa meluas hingga propinsi dan bahkan nasional.

Mereka adalah tokoh agama/ulama, tokoh masyarakat, pemangku adat, bahkan tokoh Sosmed bisa menjadi KII. Jadi jangan sepelekan para Da'i muda, tausyahnya bisa lebih berpengaruh dibanding KFI.

Nah karena itu Timses harus lebih awal memetakan kekuatan, kemampuan dan kerawanan para tokoh-tokoh baik KFI maupun KII yg ada.

Menurut Kemendagri ada 196,5 juta orang yang punya hak memilih pada Pemilu 2019. Terdiri pemilih laki-laki 98.657.761, perempuan 97.887.875 . Daerah dennen pemilih terbanyak Jabar 33.138.630, Jatim 31.312.285, Jateng 27.555.487, Sumut 10.763.893, dan DKI Jakarta dengan 7.925.279 pemilih.

Jadi, target berapa jumlah pemilih dan daerah mana sudah jelas, ini yang terpenting. Nah, karena itu Timses jangan terlalu sibuk dengan komposisi konstituen baik terkait agama, millenial dan lain-lain, itu babian dari strategi awal. Gunakan basic descriptive intelligence serta the present facts.

Kuncinya, tata dahulu bagaimana membagi tugas para KFI dan KII di daerah yang jadi target utama. Mereka lebin paham petanya.

Kira-kira begitulah. Semoga bermanfaat.

***

Marsda Pur Prayitno Ramelan, pengamat intelijen