Proton bangkit lagi. Setelah dua kali hampir mati. Setelah Geely masuk berinvestasi. Bulan depan, mobil jenis barunya diluncurkan: SUV. Ikut-ikutan merk lain.
Pasar SUV itu memang besar. Lagi disenangi. Mengakhiri era sedan. Yang pernah jadi lambang gengsi.
“Proton harus kembali jadi raja di negaranya sendiri.”
Yang mengucapkan itu Dr Li Chenrong. CEO baru Proton. Mewakili pemegang saham baru: Geely. Asal Tiongkok. Tepatnya dari Hangzhou. Propinsi Zhejiang. Dekat Shanghai.
[caption id="attachment_21346" align="alignleft" width="573"] Ilustrasi (Foto: Disway.id)[/caption]
Proton SUV itu diberi nama aneh: Boyue. Salah satu andalan Geely di Tiongkok. Saya tidak menemukan: Boyue itu artinya apa. Tulisan mandarinnya saya tahu: 博越. Tapi saya sulit mencari artinya. Bisakah ditafsirkan ‘lebih kaya’?
Yang jelas Geely kini memang lebih kaya. Sekarang sudah menjadi produsen mobil nomor dua. Di Tiongkok. Setelah BYD.
Nasib Li Shufu memang baik. Lahir di Tiongkok. Memulai usaha mobilnya di sana. Yang pejabat pemerintahnya tidak menghina kemampuan anak bangsanya.
Padahal mobil pertama yang dibuat Li Shufu sungguh sederhana pada tahun 1998. Mirip Suzuki Carry. Tapi jauh lebih jelek lagi. Bus mini yang sangat mini. Sangat-sangat sederhana. Dibuat di bengkelnya. Bukan di pabrik. Tidak seperti mobil pada umumnya.
Saya jadi ingat Dasep Ahmadi. Yang membuat mobil listrik pertama. Atau Ricky Elson. Yang membuat jenis lainnya.
Mobil yang dibuat Dasep itu, yang hijau itu, yang pernah saya coba itu, jauh lebih baik. Dari mobil pertama yang dibuat Geely.
Bedanya, Geely dapat izin masuk pasar. Dengan kualitas apa adanya itu. Pemerintahnya mendukung.
Siapa sangka Geely jadi raja. Terbesar kedua. Hanya dalam tempo 20 tahun.
Prinsip awalnya sederhana. Biar pun jelek tetap saja ada pasarnya. Karena murah. Itu yang membuat Li Shufu belajar. Bikin yang lebih baik. Tapi belum juga baik. Li Shufu terus belajar. Keras. Terus bekerja. Keras. Kian baik.
Tidak ada pihak yang ingin membunuhnya. Saat Geely baru lahir. Akhirnya Geely bisa bikin mobil beneran.
Punya pabrik. Punya tim desain. Punya segala-galanya.
Toyota marah. Geely dianggap menjiplak desain Toyota Aygo. Roll Roys juga sewot. Mobil super mewahnya di-copy Geely. Jadi Roll Roys rasa Geely. Atau Geely GE tampak Roll Roys.
Li Shufu jalan terus. Inovasi terus. Jualan terus. Sangat maju.
Lalu bikin kejutan. Tiba-tiba membeli Volvo. Yang sudah dimiliki Ford. Lalu membeli Lotus. Merk mobil Inggris itu.
Lalu beli saham Marcedez Benz. Jadilah Li Shufu pemegang saham perorangan terbesar di Mercy: 12 persen.
Ia kemudian juga beli Shanghai Maple Dan banyak lagi. Jadilah Li Shufu orang terkaya no 63 di Tiongkok.
Terakhir Geely beli Proton. Mobil Malaysia itu. Memegang 49,9 persen sahamnya.
Mahathir pun senang. Setelah minggu lalu ke Tiongkok. Antara lain ke Geely.
Mahathir tampak duduk di dalam Geely… eh… Proton. Di belakang kemudi. Mendengarkan dengan serius. Penjelasan gadis yang duduk di sebelahnya.
Gadis itu dari keluarga Tionghoa Malaysia. Yang lagi kuliah di sana. Yang sudah menguasai tatacara mengemudikan Proton baru. Yang bisa dikendalikan dengan suara. Lewat artificial intellegence. “Buka jendela depan kiri,” kata gadis itu. Maka kaca jendela di sebelah Mahathir membuka.
”Dengan Boyue ini Proton akan mengalahkan Honda. Di Malaysia,” ujar CEO Proton, Dr Li Chunrong.
Kabarnya Geely Boyue akan dijual jauh lebih murah dibandingkan dengan Honda CRV.
Proton pun akan bangkit lagi. Akan menyerbu Indonesia pula.
Yang menjual Proton ke Geely sebenarnya Najib Razak. Saat Najib jadi perdana menteri.
Waktu itu Mahathir marah. Waktu masih oposisi. Kini Mahathir senang. Setelah jadi perdana menteri lagi. Apalagi setelah melihat sendiri. Pabrik Protonnya di Geely.
Proton City akan ramai lagi. Yang di negara bagian Perak itu. Yang karyawannya 12.000 itu. Yang segera memproduksi Geely… eh Proton…lagi.
Mahathir yang melahirkannya. Mahathir pula yang akan membangkitkannya.
Dulu Proton rasa Mitsubishi. Kini Proton rasa Geely.
***
Dahlan Iskan
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews