Aung San Neno, Pemimpin Pro-Demokrasi Burmanesia

Senin, 27 Agustus 2018 | 09:40 WIB
0
768
Aung San Neno, Pemimpin Pro-Demokrasi Burmanesia

Selamat Datang di Burmanesia. Indonesia serasa Burma. Burma sebelum tahun 2010. Sebelum Aung San Su Kyi dibebaskan dari tahanan rumah. Su Kyi dijuluki sebagai “prodemocracy leader” (pemimpin prodemokrasi). Dia memimpin partai yang dinamakan National League for Democracy (Liga Nasional untuk Demokrasi, NLD).

Itu dulu. Sekarang, pemimpin prodemokrasi itu telah menjadi pemimpin negara Burma yang berubah nama menjadi Myanmar. Dan, sangat disayangkan sekali bahwa dalam perjalanannya kemudian si pemimpin “prodemokrasi” Burma ini malah berubah menjadi “pembunuh demokrasi”. Dia ikut menindas kaum muslimin Rohingya.

Terlepas dari kasus Rohingya, Aung San Su Kyi adalah pejuang demokrasi yang berhadapan langsung dengan jenderal-jenderal diktator tangan besi di Burma.

Nah, mengapa Su Kyi disebut “prodemocracy leader”? Jawabnya: karena di Burma tidak ada demokrasi. Dia menjadi simbol perjuangan demokrasi.

Sekarang, Indonesia perlahan berubah nama menjadi Burmanesia. Maksudnya, suasana politik di Burma “tempo doeloe” diaktivasikan di Indonesia, hari ini.

Itu terjadi karena tiba-tiba saja demokrasi di Indonesia dibekukan. Kebebasan berpendapat ditiadakan. Tidak boleh ada rapat umum. Walaupun rapat umum yang membahas penggantian presiden sesuai konstitusi. Tidak boleh.

Sekarang, kegiatan demokrasi yang diberi nama #2019GantiPresiden, yang tidak melanggar aturan mana pun, sedang dipersekusi. Dikejar-kejar. Dibubarkan. Pertama di Batam, kemudian di Pekanbaru, terus di Surabaya, hari ini.

Ini membangkitkan ingatan tentang suasana persekusi yang dialami oleh pemimpin prodemokrasi Burma, Aung San Su Kyi.

Di Burmanesia, Ustazah Neno Warisman sejak malam tadi juga terpaksa berubah julukan. Tidak lagi “ustazah”. Kini beliau digelari “prodemocracy leader” (pemimpin prodemokrasi). Sama seperti julukan untuk Aung San Su Kyi.

Mengapa julukan “pemimpin prodemokrasi” dinobatkan kepada Neno Warisan? Ya itu tadi. Karena demokrasi untuk sementara ini ditiadakan di Indonesia. Karena demokrasi masih harus diperjuangkan di Burmanesia. Neno tak boleh berbicara untuk menyadarkan rakyat tentang pilihan politik.

Dia digagalkan hadir di acara deklarasi ganti presiden di Batam. Dia dipaksa pulang dari Pekanbaru ke Jakarta, malam tadi (25/8/2018). Di bandara Sultan Syarif Kasim, mobil yang ditumpangi Neno dilempari dengan batu. Persekusi yang luar biasa!

Belajar dari perkembangan suasana kemarin, para pendukung Neno bertekad akan terus memperjuangkan demokrasi. Mereka juga akan mencontoh kegiatan prodemokrasi yang dimotori oleh Su Kyi. Kelihatannya rakyat oposisi akan membentuk partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) di Burmamesia.

Sejalan dengan suasana yang ada ini, Ustazah Neno Warisman akan berganti nama menjadi “Aung San Neno” di tanah Burmanesia. Dia pemimpin partai NLD. Di Burmanesia disebut LND —Liga Nasional untuk Demokrasi.

Copypaste dari pengalaman Aung San Su Kyi, maka Aung San Neno pun mulai dijadikan target operasi penguasa yang bekerja sama dengan elemen komunitas bayaran.

Jadi, bersiap-siaplah para pendukung Aung San Neno untuk menghadapi para penguasa tangan besi di Burmanesia.

***