Apa hubungan tas dan rahasia keamanan. Tidak ada! Ini tidak masuk akal.
Yang mengatakan itu: pengusaha tas. Asal Amerika. Pabriknya di Tiongkok. Merknya Gear. Khusus untuk pilot. Atau Pramugari.
”Kami tidak mungkin pindah ke negara lain,” ujar Ross Bishop, pengusaha tas itu. Senin kemarin.
Kebetulan minggu ini memang ‘minggu hearing’. Di Washington DC. Khusus untuk mendengarkan pendapat umum. Tentang hukuman baru bagi Tiongkok. Yang akan diberlakukan September depan.
Yang mengadakan acara itu kementerian perdagangan. Amerika. Yang diundang 350 orang. Pedagang. Industrialis. Akademisi. Ahli hukum. Bergantian.
Senin kemarin giliran Ross Bishop. Ia blak-blakan. Menentang hukuman itu. ”Kami ini marah. Dan frustrasi,” ujar Bishop.
”Rencana itu bencana bagi kami. Itu menghancurkan keuangan kami,” tambahnya.
Saat dengar pendapat itu berlangsung ada kejutan di tempat lain. Di Gedung Putih. Presiden Trump mengatakan ”tidak ada time frame kapan perang dagang ini akan berakhir”.
Trump memang sudah minta. Minggu ini daftarnya harus sudah final: barang apa lagi yang akan dikenakan tambahan bea masuk. Yang totalnya bernilai USD 200 miliar.
Itulah rencana hukuman tahap tiga. Akan mencakup tekstil. Apparel. Tas. Aksesori. Dan banyak lagi.
Hukuman itu dilanjutkan karena Tiongkok bandel. Selalu membalas. Di setiap tahap. Dengan balasan setimpal. Tit-for-tat.
David Matheson juga melawan. Pabrik kulitnya di Tiongkok. Untuk ekspor ke Amerika. Leather Miracle.
”Tidak ada tempat lain. Di Tiongkok pekerja jenis ini tak tergantikan. Mereka sudah seperti seniman,” ujar Matheson.
Media Amerika mengutipnya secara luas. Hasil dengar pendapat itu.
”Tim kerja mereka sudah terbentuk. Tidak tergantikan,” katanya.
Tentu tidak hanya tim kerja. Juga network. Satu produk itu hasil kerja dari banyak tim. Di banyak pabrik. Di berbagai lokasi. Membentuk jaringan seperti itu tidak mudah. Kalau pindah negara harus merintis lagi. Dari awal.
Karen Giberson juga didengar pendapatnya. Hari itu. Dia mewakili 300 pengusaha aksesori. ”Bidang kami ini tidak ada hubungannya dengan rahasia keamanan,” ujar Giberson.
Sejak awal Trump sering menegaskan: Tiongkok harus dihukum. Ada pelanggaran hak cipta. Perdagangan tidak fair. Bikin defisit neraca. Pencurian teknologi.
Semua itu membahayakan keamanan negara.
Tapi, intinya, Amerika tidak rela. Kalau tahun 2025 nanti tiba. Tiongkok tidak butuh lagi Amerika.
Tiongkok belakangan memang lupa. Pada doktrin suhu mereka: Deng Xiaoping. Yang selalu mengatakan filsafat ini: sembunyikan keunggulanmu, pupuk terus kekuatanmu.
Tiongkok belakangan memang agresif. Sangat. Menonjolkan kehebatannya. Di segala bidang: ekonomi, cashless, pertanian, persenjataan, kereta, tol, jembatan, dan apa saja.
Puncaknya: pengumuman ini. ”Made in China 2025”. Yang merupakan inti dari doktrin Xi Jinping: 中国梦. Mimpi Tiongkok.
”Produk kami ini tidak ada hubungannya dengan Made In China 2025,” ujar Stephen Lang. Juga pengusaha Amerika. Yang ikut didengar Senin lalu. Yang pabriknya di Tiongkok. Yang usahanya: pesta perkawinan. Untuk diekspor ke Amerika.
Stephen mewakili 400 pengusaha. Yang tergabung dalam America Bridal Prom Industry Association.
”Dalam sejarah, perang tarip itu kontra produktif. Sudah terbukti,” kata Stephen.
”Hukuman itu tidak akan bisa jalan,” tambahnya.
Pengenaan tarif impor tambahan itu memang tidak sepenuhnya memukul Tiongkok. Yang 40 persen memukul pengusaha asing di Tiongkok.
Karena itu Stephen bicara begini: Ini sama saja dengan Trump memerintahkan kami. Agar ikut berbaris. Untuk ditembaki.
Setelah perang berlangsung dua bulan Tiongkok tampak berubah. Doktrin ‘sembunyikan kehebatan, pupuk kekuatan’ seperti diperhatikan.
Kampanye Made In China 2025 tidak terlihat lagi. Tapi tit-for-tat tidak berhenti.
***
Dahlan Iskan
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews