Konstelasi politik pasca pendaftaran capres dan cawapres sungguhlah marak, ada yang saling dukung dan ada juga yang saling hujat. Keberpihakkan kepada salah satu pasangan calon pun tak dapat dihindari, ibarat makanan hangat yang baru mau dihidangkan dengan aroma harum yang semerbak dengan dua makanan yang berbeda rasa namun sama jenisnya.
Namanya tempe kata orang sama namun bagi saya jelas berbeda karena ada tempe goreng, tempe bacem, tempe kemul dan tempe mendoan jelas berbeda rasa meski sama-sama tempe, tinggal selera masing-masing.
Capres dan cawapres yang sudah ada dua, masing-masing punya basis masa yang berbeda, yang mungkin akan saya bahas munculnya Bang Sandiaga Shalahudin Uno, dari nama mungkin secara ilmu perklenikan memenuhi syarat sebab mengandung huruf O meski bukan berasal dari suku Jawa dan bisa jadi kandidat capres di 2024 dengan elektabilitas tertinggi. Mengapa demikian?
Mari kita melihat pasca pendaftaran capres dan cawapres kemaren, munculnya Sandiaga Uno yang menyebut dirinya saat konferensi pers setelah deklarasi pencalonan saat Sandiaga Uno dalam sambutannya mengatakan bahwa dia mewakili emak-emak Indonesia.
Akhir-akhir ini menjadi fenomena yang sungguh fenomenal dan sangat perlu diperhitungkan, Emak-emak milenia di beberapa kali saya melihat fans page Jokowi dan kubunya, saya ngeri baca komentar emak-emak militan Sandi.
Selain ketus dan judes sekarang sudah tambah pinter, jago ngeles namun tetep logis. Jadi para lelaki harap maklum dengan kondisi permedsosan sampai pilpres 2019 nanti, jangan dilawan ya... Sungguh Emak-emak militansinya jempolan yang lain lewat dengan kecepatan full speed. Sekali hajar, bengkak bengkak Jokower dicubit oleh emak-emak.
Jokower ada yang komentar, "Jokowi konsisten dengan anti nepotisme". Langsung dijawab "preeet, itu relawan Kartika Djumardi sekarang jadi Komisaris Danareksa, si Panjul di Adhi Karya, belum lagi ratusan relawan lainnya". Setelah itu Jokower komentar lagi "Jokowi didukung profesional", langsung di semprot militan Sandi "woiiiiiiii maksud lo Ngabalin?"
Ada lagi yang nyrocos dari Jokower nekad dengan komentar "Sandi baru jadi Wakil Gubernur setahun dah nyawapres, parah". Nah ini dijawab hampir sama oleh emak galak "cuci muka dulu kalo komen, emangnya Jokowi gak kayak gitu? malah lebih parah, Gubernur booo".
Edan emak emak sekarang, galaknya nggak ketulungan. Ada yang juga yang humanis berkomentar dengan membawa isu "Prabowo bermasalah dengan HAM", mungkin karena sudah bosan dengan isu itu itu aja, emak-emak galak membalas komen "woiiiiiiiiiiii itu orang sekitar Jokowi kayak Wiranto gue ajak jalan jalan ke Belanda berani nggak? lagian kalo emang masalah HAM, kenapa bisa nyapres? Otak kok di dengkul sih?"
Serem kan emak emak militan Sandi, nggak kuat saya membacanya. Ada juga yang bahas urusan rumah tangga Prabowo dengan komentar "laaaah Prabowo cerai dengan istrinya", kali ini cuman satu emak yang jawab, tapi nyelekit "gue pilih Presiden bukan pilih ibu Presiden, lagian kalaupun duda, tapi duda keren, duren gitu loh".
Diem nggak ada komen balasan. Tapi sudahlah urusan emak-emak soal kemilitannya memang begitu, "Nggak ada menangnye lawan emak-emak", kata orang betawi. Satu lagi Jokower nekad berbangga diri dengan prestasi Jokowi, "Jokowi sudah bangun infrastruktur, Prabowo prestasinya apa?" Nah emak-emak yang jawab, "loh Prabowo emangnya dah pernah jadi Presiden? kalau mau buat perbandingan apple to apple dong, nanti kalo saya tanya prestasi Jokowi di tentara apa? Kamu pada bingung jawabnya".
Narasi yang logis, emang dasar emak-emak nggak ada yang mau mengalah. Kalau emak-emak sudah seperti ini, apa nggak ngeri dunia permedsosan. Belum lagi foto-foto Sandiaga Uno ketika blusukan di acara-acara peringatan HUT RI 73 ini, selalu dikerubuti emak-emak, sekali menyindir Sandiaga tentang kejelekannya di medsos bisa-bisa diserang habis tak berkutik dengan komen-komen emak-emak militan plus milenia, judes, ketus dan lain-lain.
Emak-emak kok dilawan... Salah saja tetap saja bisa menang, heehe. Kata Emak-emak, Sandi itu sudah ganteng, kaya bonusnya orangnya religius, siapa sich emak-emak yang nggak kepengin anaknya seperti Sandi. Makanya kekuatan Sandi itu ada di emak-emak milenia. Jika sudah begini #ThePowerOfEmak bisa jadi kekuatan terbesar untuk memenangkan pilpres 2019 nanti, dan Prabowo-Sandi memenangkannya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews