Tulisan saya ini sesungguhnya mengambil dari berbagai sumber atau pendapat dari berbagai tokoh dan pakar politik. Juga analisa penulis sendiri yang mungkin mendekati kebenaran secara realita politik menjelang peristiwa yang bersejarah tahun ini, yaitu detik-detik pencalonan presiden dan wakil presiden untuk pilpres 2019 dan pasca deklarasi pencalonan serta pendaftaran capres dan cawapres.
Politik sungguh dinamis dan itu tidak dipungkiri. Sebelumnya Mahfud MD sudah hampir dipastikan akan mendapingi Jokowi namun detik terakhir sekitar pukul 17.00 WIB, namun akhirnya secara tak terduga partai koalisi petahana sepakat mencalonkan seorang ulama KH. Ma'ruf Amin sebagai cawapres. Ini terjadi untuk menepis isu agama yang menjadi problem kubu petahana selama ini.
Tidak dapat dipungkiri, kubu petahana maknanya lebih mengedepankan politik identitas karena elektabilitas Jokowi masih paling unggul dibanding kubu oposisi yang mencalonkan Prabowo Subianto jadi tidak begitu memerlukan elektabilitas cawapresnya.
Di samping keengganan partai koalisi terutama peran Cak Imin yang sangat khawatir terhadap Mahfud MD sebagai satu-satunya loyalitas pendukung Gus Dur yang masih tersisa.Cak Imin tidak ingin nantinya kubu Gus Dur berkuasa kembali di PKB jika Mahfud MD nantinya menjadi wakil presiden. Ibarat memelihara anak singa Mahfud MD bisa menjadi calon presiden yang kuat di pilpres 2024 dibanding tokoh dan ketua partai koalisi kubu petahana.
Terpilihnya KH Ma'ruf Amin sebagai cawapresnya Jokowi juga untuk menghindari hal tersebut, di samping pertimbangan umur yang sudah sepuh tidak mungkin lagi bisa bertarung di pilpres 2024.
Itulah politik syarat dengan kepentingan. Dan akhirnya para Ahoker yang juga pasti pendukung Jokowi pun kecewa terhadap pilihan tersebut, karena secara tidak langsung KH Ma'ruf Amin ikut andil dalam memenjarakan Ahok.
Sementara di kubu oposisi sengaja menunggu deklarasi dari kubu petahana sambil terus berunding untuk mendapatkan cawapresnya. Sandiaga Uno yang tidak masuk daftar bursa cawapres Prabowo sebulan terakhir tiba-tiba muncul dari salah seorang petinggi partai Demokrat Andi Arief, yang membuat isu tentang mahar politik yang diberikan kepada PAN dan PKS sebesar masing-masing Rp500 M.
Isu tidak populer itu mungkin sengaja dibesar-besarkan sebab calon dari Demokrat yang sebelumnya akan berkoalisi dalam pencalonan capres dan cawapres dengan calon cawapres AHY tidak diterima oleh Prabowo. Sandiaga Uno sendiri hanya menganggap isu tersebut sebagai dinamika politik yang perlu disyukuri.
Sandiaga Uno sesungguhnya sudah sangat dipertimbangkan oleh Prabowo dengan segala resiko yang akan dihadapi nantinya sebab elektabilitas Sandiaga Uno sangat rendah. Prabowo sesungguhnya hanya ingin komitmen terhadap kesejahteraan bangsa yang sejak pilpres 2014 sudah diperjuangkan olehnya.
Untuk menyakinkan partai pendukungnya PAN dan PKS bahwa Sandiaga Uno adalah pilihan yang tepat untuk Indonesia ke depan perlu waktu berjam-jam dan lobi-lobi politik, sebab PKS dan PAN juga bertahan atas cawapres yang diusungnya.
Akhirnya dengan alasan bahwa kubu petahana sudah ada ulama, Prabowo tidak ingin terjadi perpecahan antar umat Islam dan demi Indonesia satu alasan ini bisa diterima oleh PKS dan PAN, meski satu jam sebelumnya Prabowo tetap berkunjung di kediaman SBY dalam upaya menyakinkan pilihan terhadap Sandiaga Uno sebagai cawapres.
Partai Demokrat tidak hadir dalam deklarasi pencalonan Prabowo dan Sandiaga Uno. Pilihan serba sulit buat Demokrat. Ibarat tidak ingin menjilat ludah sendiri akhirnya partai Demokrat ikut serta mendapingi saat pendaftaran di KPU, karena tidak ingin didiskualifikasi di pemilu 5 tahun mendatang jika tidak ikut mencalonkan capres dan cawapres. Mendukung Koalisi Petahana tidak mungkin lagi.
Jika dilihat dari perjalanan detik-detik pencalonan dan pasca pencalonan terlihat siapa yang lebih unggul satu poin jelang pilpres 2019, terserah anda menilainya karena perbedaan itu adalah sebuah kewajaran selama dunia belum kiamat, dan tak akan indah hidup ini tanpa perbedaan. Bukankah pelangi itu terlihat indah karena berbeda warna?
Pilpres 2019 yang akan datang akan lebih membawa perubahan dan lebih santun jika antara dua kubu tidak membawa isu SARA, sebab sikap kenegarawan Prabowo ditunjukan kepada bangsa dengan tidak memilih ulama juga sebagai cawapresnya sebagai upaya untuk menghindari perpecahan bangsa.
Sementara kubu petahana tetap yakin dengan elektabilitas calonnya dan mengambil cawapres untuk menutupi kekurangannya. Tetap cerdas dalam memilih sesuai hati nurani, lihat programnya bukan orangnya, fanatisme berlebihan terhadap seorang atau makhluk bisa jadi membuat rasa kecewa di masa akan datang, hasil akhir adalah kehendakNya semoga terbaik buat bangsa Indonesia.
Aamiin...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews