Syekh Arafat, Tidak Dikenal di Bumi, Insya Allah Dikenal di Langit

Menurut ustadz Zacky, tidak ada yang salah dari kedua reaksi itu, baik yang kabur maupun bertahan, karena memang dibenarkan membatalkan sholat jika ada bahaya, baik membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

Tentang video viral yang tetap bertahan saat gempa, ustadz yang pernah menempuh pendidikan di Fakultas Ushuluddin Universitas Al Azhar Kairo Mesir itu bukan hanya kagum pada keteguhan hati sang imam sholat, tapi juga dia mengatakan bahwa dirinya belum tentu bisa seperti imam itu.

Video viral yang dimaksud adalah sholat berjamaah di mushola Asyuhada, Denpasar, Bali. Nampak dalam video, imam tetap bertahan dengan tangan kiri memegang tembok ketika guncangan gempa semakin kencang. Imam spontan membaca ayat kursi dan mengulang pada bagian, Allahu laa ilaaha illa huwal hayyul qayyum. Laa ta’khudzuhuu sinatu wa laa nauum (Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur).

Menurut ketua DKM mushola Asyuhada yang diwawancarai TV One, rekaman sholat itu karena malam itu ada pengajian dan juga mengundang muadzin seorang qari yang punya suara bagus. Pengajian itu biasa disiarkan live via facebook.

Imam sholat itu bernama Syekh Arafat Mahnabi Al Yamani. Dari namanya mudah diterka beliau berasal dari mana. Beliau bukan imam tetap di mushola itu. Menurut kabar, beliau semacam musafir yang bisa tiba-tiba datang dan pergi sekehendaknya. Menurut ketua DKM, Syekh Arafat menolak diwawancarai karena khawatir akan menjadi riya.

[embed]https://youtu.be/fY1JOVyjJUA[/embed]

Ada beberapa hal yang menarik. Pertama, nama mushola itu. Belakangan ini, jangankan mendengar kata syuhada, orang-orang yang syahid di jalan Allah, mendengar kata mujahid, orang yang berjihad di jalan Allah saja sudah langsung dihubungkan dengan teroris, sekurangnya dicap negatif.

Kedua, mendengar nama imam Syekh Arafat Mahnabi Al Yamani yang kearab-araban (dan memang arab beneran) dengan mengenakan pakaian Arab akan dihubungkan dengan NKRI secara negatif. Nama mushola digabung dengan nama imamnya kemungkinan besar akan ada yang memberi stempel bukan Islam Nusantara.

Apapun penjelasan soal Islam Nusantara, faktanya di akar rumput pemahamannya seperti itu. Perlu kerja keras dan terkoordinasi para pengusung IN untuk memberikan pemahaman yang benar soal IN. Video viral itu barangkali merupakan jalan untuk menghapus stigma itu.

Ketiga, ini yang menarik. Syekh Arafat menolak diwawancarai media karena khawatir riya. Jaman now, era pencitraan yang luar biasa, hal sepele saja dimanfaatkan untuk mendongkrak nama seseorang, masih ada yang menolak popularitas yang oleh para pemburu pencitraan dianggap merupakan rejeki nomplok.

Barangkali berlebihan jika dihubungkan dengan sifat Uwais Al-Qarni, hamba Allah di masa Rasullullah yang disebut “ Terkenal di langit tapi tidak terkenal di dunia. “ Syekh Arafat dan Uwais sama-sama kelahiran Yaman. Uwais lahir di desa Qarn, makanya julukannya Al-Qarni. Barangkali bisalah disebut Syekh Arafat mengikuti jejak kecil Uwais.

Jika Rasulullah tidak menceritakan sosok Uwais, tidak ada satu pun para sahabat yang tahu namanya. Jangankan para sahabat, tanyakan pada penduduk Qarn soal Uwais, barangkali mereka akan terheran-heran, ada apa kok menanyakan Uwais? Karena Uwais hanyalah seorang pemuda shaleh yang miskin, pakaiannya hanya punya dua helai yang sudah kusut dimana yang satu untuk penutup badan dan yang satunya digunakan untuk selendangan.

Dia seorang yatim, Ibunya sudah renta dan sakit-sakitan. Dia punya keinginan kuat bertemu dengan Rasulullah, tapi apa daya harta tak punya. Ketika ibunya mengizinkan untuk pergi menemui Rasulullah, “Pergilah wahai anakku! Temuilah Nabi Saw di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang.” Uwais nekad berjalan kaki sepanjang kurang lebih 400 Km.

Sesampainya di rumah Rasulullah, Uwais hanya bertemu dengan sayyidatina ‘Aisyah R.ha. Rasulullah sedang berada di medan perang. Tidak mungkin Uwais berlama-lama menunggu. Walaupun keinginan bertemu dengan Rasulullah sangat kuat, tapi dia selalu ingat pesan ibunya untuk tidak berlama-lama di negeri orang. Kecintaan pada Ibunya mengantarkannya dia kembali pulang dengan menempuh jarak yang sama.

Sepulangnya dari perang, Nabi Muhammad Saw langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit).

Setelah Rasulullah wafat, para sahabat ingin sekali menemui Uwais Al-Qarni dengan ciri-ciri yang diceritakan oleh Rasulullah. Setiap kabilah yang datang dari Yaman ditanyakan, rata-rata menggelengkan kepala. Jika ada kabilah dari Yaman yang mengenal Uwais mereka terheran-heran, ada apa para sahabat menanyakan Uwais? Khalifah Amirul Mukminin Umar R.a dan sayyidina Ali R.a bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni di Yaman. Lebih lengkap kisah Uwais bisa dibaca salah satunya di sini.

Jejak Uwais pada jaman now hampir mustahil diikuti. Kalau pun ada ya sebagian kecil saja. Jejak kecil Uwais. Coba tanyakan daftar ulama dari Yaman, adakah nama Syekh Arafat Mahnabi Al Yamani?

Barangkali hanya sedikit orang yang tahu. Dan kesempatan untuk terkenal di dunia terbuka lebar saat videonya viral. Tapi Syekh Arafat memilih “dikenal” di langit ketimbang dikenal di dunia.

Kalau namanya sekarang ada yang menyebutnya itu karena diceritakan orang lain, bukan keluar dari mulutnya. Dia lebih memilih berda’wah ke masjid-masjid dan mushola-mushola, datang tanpa diundang pergi tanpa diantar.

***

07082018