Dalam gerilya politik, tentu ada strategi yang harus dilakukan. Strategi ini, seperti yang biasa dilakukan intelijen. Pihak intelijen biasanya tidak pernah mengakui sesuatu yang dituduhkan, karena faktanya memang tidak melakukan apa-apa. Namun, apa yang terjadi, sebenarnya itu adalah apa yang menjadi harapannya.
Dalam kasus beredarnya surat Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang meminta Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) maju sebagai cawapres Prabowo, bisa saja memang bukan SBY membuatnya. Namun, bila surat itu sempat dibaca Prabowo, tentu SBY tidak akan menolak bila akhirnya Prabowo menerima AHY sebagai cawapresnya.
Di tengah masyarakat, bisa saja Demokrat membantahnya. Namun, ketika ada keuntungan dari beredarnya surat itu, ibarat mendapatkan 'durian runtuh' pucuk dicinta ulam pun tiba.
Analoginya, tidak jauh berbeda dengan sanggahan bahwa SBY dikatakan menyodorkan AHY sebagai cawapres Prabowo. Berkali-kali Demokrat membantahnya bahwa pihaknya menyodorkan nama AHY. Soal cawapres, sepenuhnya diserahkan kepada capres.
Namun, di balik pertemuan itu, ada pergerakan politik yang dilakukan Demokrat, seperti pemasangan baliho AHY di mana-mana, termasuk juga acara deklarasi dukungan kepada AHY, dan juga slot orasi politik AHY di TV swasta nasional.
Semua yang dilakukan itu mempunyai tujuan politik yang saling terkait dengan penjajakan koalisi antara Demokrat dan Gerindra.
Jadi, tanpa harus berbicara menjadi cawapres, apa yang dilakukan itu sudah mengarah ke tujuan yang sama, cawapres. Semua misteri itu akan terbaca dalam beberapa hari ini, selama proses pendaftaran capres dan cawapres ini. Tunggu saja!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews