Sebagaimana makanan kebangsaan Rakyat Indonesia, nasi bukanlah hal yang asing untuk sebuah jamuan. Namun kalau hanya sebuah Nasi Putih, rasanya kurang pas, seperti mau mutih (tradisi) saja. Diplomasi Nasi Goreng mungkin bagi sebagian besar masyarakat sudah terlupakan, tapi kalau kita buka kembali jejak digital maka tepat setahun yang lalu ada sebuah pertemuan penting di Cikeas.
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY) dan Ketua Umum Partai Gerindra bertemu di kediaman SBY di Cikeas, Bogor, Jawa Barat.
Tentu kita masih ingat bagaimana beberapa hari lalu ada sebuah pertemuan lagi antara SBY dan Prabowo. Di akhir pertemuan, seperti biasa SBY selalu menggelar jumpa pers dan membuka sesi tanya jawab. Diawali dengan narasi yang cukup panjang dari SBY, yang isinya tidak memutuskan sesuatu, seperti yang diharapkan rekan-rekan wartawan yang sudah menunggu cukup lama.
Namun ada sesuatu yang agak janggal kalau kita jeli melihat apa yang terjadi pada Prabowo. Raut muka Prabowo tidak menampakkan kegarangan seperti halnya selama ini kalau berbicara, lantang, berapi-api.
Ada kesan tertekan, terbaca sekali dari otot muka yang tegang, dan ada satu kali menghapus keringat dari mukanya dengan sapu tangan yang diberikan oleh ajudannya (lihat foto di atas!). Tegang sekali, dan untuk menghapus kerisauan, sampai terlepas ucapan, "Bapak Presiden" kepada SBY.
Kode pertemuan ini sendiri tidak terlihat jelas, tapi yang tersirat bahwa putra kesayangan SBY, Mas AHY di akhir acara memberikan salam komando kepada Prabowo. Apakah hanya membahas masalah negara dengan segala uneg-unegnya, kita simak poin pentingnya saja lewat SBY. Tidak seru memang, tidak keluar statement tegas dari keduanya, kalau dalam pertemuan itu terjadi "ijab kabul" koalisi Pilpres2019.
Tetapi kita semua paham kalau SBY sedang berupaya memainkan politik Dinasti di Partai berlambang Mercy ini, diawali dengan memasukkan AHY sebagai Satgas dan jabatan lainnya.
Tentu ini menjadi maklum adanya, tapi kita semua paham, usia AHY belumlah dianggap cocok untuk sebuah jabatan setinggi Presiden atau Wakil Presiden. Apalagi karir dan pangkat terakhirnya tidak sebanding, jika mau disejajarkan dengan Prabowo, jauh sekali.
Minimal melati 3 (kolonel) harusnya, dengan jabatan yang beragam, dengan rotasi di sebagian besar Indonesia, tidak hanya berputar di Jabodetabek. Proses AHY menjadi politisi karbitan sebagaimana buah mangga disekap supaya cepat matang tampak terlihat jelas.
Apakah ini akan menenggelamkan Partai Demokrat nanti kita tidak tahu, tapi segala macam cara bisa jadi muncul, apalagi sebagian kadernya itu itu lagi, ditambah banyak yang berpindah perahu.
Saya melihatnya ada yang kurang dalam pertemuan ini, nasi goreng harusnya disajikan dengan telor, supaya lebih berbobot santapannya.
Semoga Nasi Goreng tidak disalahkan karena tidak disajikan dalam pertemuan.
Mari ngopi dulu!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews