Sejak wawancara wartawan terkemuka Desi Anwar dengan saya di Metro TV tahun 2012, di mana saya membuka diri sebagai pengidap Tourette & Asperger’s Syndrome, banyak orang tua telah mengirim pertanyaan ke saya tentang kemungkinan anak mereka mengidap sindrom yang sama.
Sejak itu saya telah bertemu puluhan orangtua beserta anaknya, dimana saya bisa bertukar pikiran & pengalaman. Saya bukan ahli autisme dan Asperger’s Syndrome karena sindrom itu sangat kompleks, jadi mereka dan saya sama2 belajar dari tukar pengalaman ini.
Ada satu hal yang menjadi satu paket dengan sindrome di atas, yaitu “bullying” (“perundungan” adalah istilah yang baru saya temukan dari berita di Media Indonesia. Baca juga wawancara saya dengan mereka di sini dari teman-teman sekelas mereka. Siapapun pengidap sindrom dari spektrum autisme pasti akan dianggap “aneh”, sehingga menjadi sasaran empuk untuk perundungan.
Merundung dan dirundung adalah bentuk pelecehan yang menoreh luka yang mendalam pada jiwa seseorang. Banyak anak-anak bahkan teman masa kecil yang telah menjadi dewasa masih suka bermimpi buruk baik sebagai korban ataupun keinginan untuk merundung seseorang sebagai sarana untuk menunjukkan superioritas mereka dalam situasi yang dirasakan menuntut mereka yang berasal dari rasa rendah diri mereka.
Saya baru tahu setelah saya lulus sekolah, bahwa para perundung juga mengalami penderitaan, sehingga mereka butuh melakukannya.
Itu sebabnya saya memaafkan mereka yang telah melakukannya ke saya waktu saya masih kecil/remaja. Bahkan saya melihat banyak kasus, korban perundungan (yang ‘survive’ tentu saja) bisa lebih tegar dalam meniti karir dan kehidupan kita, sehingga kelihatannya banyak yang lebih sukses.
Paling tidak, saya melihat mereka yang dulu melakukannya ke saya, ada beberapa yang ternyata tidak terlalu sukses, paling tidak dalam karir mereka.
Tidak ada yang bisa terbiasa/menyesuaikan diri dengan baik memori perundungan ini dalam kehidupan dewasa. Trauma dan efeknya tetap bersama kita selamanya.
Namun saya percaya kita bisa dengan tulus dan penuh kasih membantu seorang perundung atau korban perundungan untuk berdamai dengan dirinya sendiri, bukan dengan melecehkan atau menghakiminya tetapi dengan mendengarkan keluhan mereka dan menerima cerita mereka dengan apa adanya.
Memang hal itu tidak akan secara instan “menyembuhkannya”, tapi cara kita itu diharapkan akan membantu mereka mengurangi (bukan melupakan, karena itu hal yang mustahil) trauma atas apa yang terjadi pada mereka dan membuat memori kejadian itu menjadi tidak terlalu menyakitkan dalam kenangan mereka.
Jika seseorang terus menerus menjadi korban, ia akan dipenuhi rasa malu atau rendah diri. Jika ia (terlalu) sensitif, rasa malu itu akan membuatnya menyalahkan dan akhirnya menyerang diri mereka sendiri, bahkan sampai bunuh diri.
Jadi, bahkan jika anda tidak menyadarinya, perundung di masa kanak-kanak telah mengubah hidup mereka yang jadi korbannya … dari karier hingga hubungan antar manusia sampai usia lanjut, bahkan selamanya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews