Ada dokumen tersebar. Isinya menggambarkan Abu Jibril ternyata salah satu otak gerakan ganti Presiden. Bapak dari salah seorang teroris yang mati di Syuriah ini menjadi Presedium. Sementara Neno Warisman menempati posisi sekretaris.
Jika dokumen itu benar betapa ngerinya.
Kita tahu anak Abu Jibril bergabung bersama Alqaeda di Syuriah. Mati di sana. Anaknya yang lain pernah ditangkap Densus 88 karena keterlibatannya pada peristiwa bom Mariott.
Abu Jibril sendiri adalah orang yang meyakini mereka yang mengamalkan Pancasila akan binasa. Hukum negara kita adalah toghut atau negara setan sehingga
Indonesia harus diganti hukum agama.
Seperti anaknya meyakini Alqaeda yang mengotaki pembunuhan ratusan manusia di New York adalah tindakan yang benar.
[caption id="attachment_18621" align="alignright" width="544"] Abu Jibrol (Foto: Ekokuntadhi.com)[/caption]
Nah, orang seperti inilah yang ngotot mengganti Jokowi. Abu Jibril bergandengan tangan dengan politisi asal PKS menyerukan gerakan tersebut. Wajar. Keduanya memang ada kesamaan pandangan soal bentuk negara.
Apakah tujuannya hanya ganti Presiden? Saya gak yakin.
Jadi kita bukan saja menghadapi politisi dan partai yang mau ganti Presiden. Yang kita hadapi adalah kekuatan yang mau mengganti Indonesia. Menggantinya menjadi apa? Ya, mirip-mirip pemerintahan ISIS atau Alqaeda.
"Mas, orang yang dipanggil Abu Jibril karena punya anak namanya Jibril kan?" tanya Bambang Kusnadi.
"Iya..."
"Terus mas yakin Abu Kumkum masih perjaka?"
"Mbuh..."
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews