PKS ada di mana-mana. Ia adalah tempat yang nyaman buat arah telunjuk berlabuh. Hadir untuk melengkapi sebuah tragedi agar bisa disalahkan. Hingga nanti, seorang yang berpidato akan mengakhiri ceramahnya dengan kalimat, "Demikian yang bisa saya sampaikan. Yang benar datangnya dari Allah, kalau ada yang salah, itu karena PKS."
Makanya pada kejadian terkini, yaitu tertangkapnya gubernur Aceh Irwandi Yusuf, harus cepat-cepat dihadirkan PKS untuk dituding sebagai biang kesalahan.
Di periode keduanya, Irwandi Yusuf didukung oleh Partai Nasional Aceh (PNA), Partai Demokrat, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), serta Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Tapi jangan terburu-buru menyalahkan partai pengusungnya. Karena tak mungkin partai-partai itu menyetujui tindakan Irwandi. Yang harusnya disalahkan adalah PKS. Karena di periode pertama (2007-2012), partai itu ikut mendukung. (Irwandi Yusuf ikut pilkada lagi di 2012, tapi kalah. Juga didukung PKS kala itu.)
Begitulah sunnah Faizal Assegaf yang menjadi pelopor menyalahkan PKS atas tertangkapnya gubernur Aceh.
Seorang professor yang ditugasi mengawal ideologi Pancasila dikirimi meme yang menyindir dirinya oleh seseorang. Entah siapa, tak diungkap. Dan sikap professor selanjutnya mencerminkan sila "Kemanusiaan yang ADIL dan Beradab" ketika langsung menyalahkan PKS. "Untuk mengusir nyamuk, hancurkan sarangnya," kata professor itu.
Seorang pengajar di sekolah yang yayasannya milik tokoh kader Gerindra kedapatan memaksakan pilihan politiknya kepada seorang guru. Maka situs Beritasatu tanpa tendeng aling-aling langsung sigap menyalahkan PKS.
Kalau Anda bertemu dengan seorang yang rajin sholat di masjid, berjanggut, bercelana cingkrang, suka membid'ah-bid'ahkan amalan orang lain, menganggap demonstrasi itu bid'ah dan perilaku khawarij, memvonis pemilu itu bid'ah, kalau Anda tak suka orang itu, tak perlu berpikir panjang. Langsung saja tuduh orang itu PKS.
Kalau bertemu orang yang getol ingin mendirikan khilafah, mengharamkan demokrasi, menganjurkan golput, maka segera vonis itu orang PKS.
Kalau ada orang yang getol bicara politik, kebetulan anti Jokowi, lalu orang itu tertangkap basah bicara kasar tak sopan, langsung saja bilang, "dasar PKS." Tak perlu diselidiki dia kader mana.
Kalau ada yang kelakuan buruknya viral, pastikan dia orang PKS. Kalau ternyata bukan, selidiki apakah keluarganya ada yang PKS. Kalau bukan, selidiki apakah di kampungnya ada orang PKS. Ada atau tidak, tak penting. Pokoknya dia PKS.
Kalau di sebuah daerah prestasinya buruk, pastikan daerah itu dipimpin orang PKS, atau minimal PKS berkoalisi mendukungnya. Kalau bukan, coba lihat pemimpin di tingkat atasnya (kalau kabupaten, lihat gubernurnya), apakah dipimpin/didukung PKS? Kalau bukan, lihat pemimpin di tingkat bawahnya. Camatnya, lurahnya, RW-nya, RT-nya, apakah ada orang PKS menjabat? Ada atau tidak, tak penting. Pokoknya salah PKS.
Maka bersyukurlah Tuhan menganugerahkan PKS di negeri ini agar terang siapa yang harus disalahkan.
***
Zico Alviandri
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews