Sedih.
Tadi malam membaca tulisan seseorang yang menyerang kehidupan pribadi Neno Warisman dan Ratna Sarumpaet. Menghina mereka dengan cara yang relatif sangat kasar, direndahkan sedemikian rupa hanya dikarenakan perbedaan preferensi politik.
Bukannya marah dan memunculkan hasrat untuk membalasnya, yang ada saya malah bersedih hati dan introspeksi. Menanyakan diri sendiri apa pernah saya begitu.
Kalau memang iya, sudah sepantasnya saya meminta maaf, menyesalinya dan tidak akan melakukannya lagi.
Setidak-tidaknya, jangan sampai menyerang kehidupan pribadi orang-orang yang pandangan politiknya berbeda denganku, khususnya terkait Jokowi-Prabowo, dan apalagi menyerang mereka tanpa basis argumentasi yang kuat, yang jelas, yang hanya berdasarkan nafsu amarah kebencian semata.
[caption id="attachment_17996" align="alignleft" width="515"] Neno Warisman (Foto: Metrotvnews.com)[/caption]
Udah jamak terjadi saling merendahkan, saling mencaci, saling menghina di antara sesama kita rakyat Indonesia. Kita yang sama-sama mengaku cinta NKRI ini. Hal yang seringkali kita temukan di medsos, terutama pra dan paska Pilpres 2014.
Sampai kapan kita begini? Kapan berakhirnya sikon politik nasional yang sifatnya destruktif ini? Dimulai darimana dan bagaimana membalikkan sikon yang sangat menyedihkan ini?
Sekarang saya benar-benar merindukan sosok-sosok tokoh nasional yang memiliki jiwa kenegarawanan yang sejati, sosok-sosok yang benar-benar tidak terpengaruh oleh suka tak suka dengan kedua sosok itu, sosok-sosok yang mengutamakan kemajuan dan perkembangan Indonesia ke arah yang lebih baik sesuai dengan kesepakan perjanjian yang kita tuliskan dalam UUD 45 dan Pancasila.
Ah ya benar, baiknya mari kita mulai dari diri sendiri, dari sekarang juga.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews