Khofifah Indar Parawansa untuk Siapa; Jokowi atau SBY?

Selasa, 3 Juli 2018 | 09:46 WIB
0
634
Khofifah Indar Parawansa untuk Siapa; Jokowi atau SBY?

Sebagimana Ridwan Kamil yang menyatakan dukungannya kepada Presiden Joko Widodo seusai memastikan unggul pada hitung cepat Pilkada Jawa Barat, Khofifah Indar Parawansa yang memenangi Pilkada Jawa Timur, juga menyatakan dukungan yang sama kepada Jokowi pada Pilpres 2019.

Ridwan Kamil menyampaikan dukungannya itu dalam salah satu program yang ditayangkan Kompas TV seusai unggul dalam hitung cepat. Logika dukungan menurut dia sederhana, karena partai-partai pendukung sudah menyatakan deklarasi untuk Pilpres 2019.

Partai-partai pendukung yang dimaksud Kang Emil antara lain Nasdem, Hanura, PPP, di mana arah dukungan dari dirinya tidak akan jauh berbeda fatsun dan etika politik yang sudah disepakati bersama.

Sementara Khofifah menyatakan siap memberikan dukungan penuh kepada Jokowi dengan catatan kalau Jokowi sudah mencalonkan. Karena pencalonan Jokowi masih berbilang pekan, maka ada pernyataan tersembunyi di sana; saat ini sesungguhnya ia belum mendukung Jokowi!

Wajar kalau Khofifah memainkan diksi khas politikus ini. Terkesan mengambang. Bukan tanpa sebab. Bagaimana pun saat ia maju selaku kanidat gubernur Jatim, Susilo Bambang Yudhono-lah yang boleh dibilang paling berjasa terhadap pencalonannya itu.

Partai Demokrat yang didirikan Presiden ke-6 RI itu selama ini menjadi "penguasa" di Jawa Timur. Wajar pula kalau SBY berkepentingan melanggenggankan kekuasaan dan pengaruh di Jatim. Dan, itu sudah dilakukan oleh Khofifah.

Persoalannya, SBY sangat berkepentingan memajukan anaknya, Agus Harimurti, sebagai kandidat wakil presiden, sehingga ayunan politik tetap dimainkannya demi mencari pasangan untuk anaknya itu. Mungkin tidak muluk-muluk capres, tetapi dimulai dari cawapres dulu. Potensinya ada; poros ketiga.

Poros ketiga dimungkinkan jika Prabowo tetap menjadi rival utama Jokowi, tetapi Demokrat dan mungkin PKB plus partai lainnya bisa diajak serta untuk memajukan AHY, sebutan Agus Harimurti, yang penting jadi cawapres, siapapun capresnya.

Poros ketiga ini kelak akan beraroma Pilkada Jakarta 2017. Di saat Ahok-Djarot maju ke putaran kedua, yang kalah dan tersingkir di babak pertama bisa kembali memainkan kartu truf-nya dalam melabuhkan suara dan dukungannya. Kalau kemudian skenario poros ketiga gugur di putaran pertama, Prabowo akan mendapat dukungan suara AHY di putaran final. Sebuah skenario yang harus dicermati Jokowi bersama timnya.

Pertanyaan awam kemudian muncul untuk siapa Khofifah pada Pilpres 2019; untuk Jokowi atau untuk SBY dalam hal ini AHY?

Tercatat dalam sejarah, pada Pilpres 2014 Khofifah menjadi salah satu juri bicara pasangan capres-cawapres Jokowi-Jusuf Kalla. Sebagai Ketua Umum Muslimat NU, Khofifah tentu memberikan kontribusi yang cukup signifikan atas kemenangan Jokowi-JK saat itu.

Menelusur kembali pelaksanaan Pilkada Jatim, SBY memang mendorong Khofifah untuk bertempur melawan Syaifullah Yusuf (Gus Ipul). Meski tercatat sebagai mantan menteri Jokowi, tidak bisa dinafikan faktor Demokrat lebih dominan dan sangat besar. Secara hitung-hitungan politik, Khofifah lebih mungkin membalas budi pada SBY ketimbang Jokowi. Percaya deh.

Ini terbukti dengan pernyataannya yang dibikin"mengambang" tentang dukungannya terhadap Jokowi. Ia baru akan menyatakan dukungan setelah Jokowi maju resmi setelah menggandeng cawapresnya. Itupun belum tentu juga.

Kalau Khofifah ditanya apakah saat ini ia mendukung Jokowi, jawabannya akan "mengambang" seperti itu karena dia juga tidak ingin SBY yang bersemangat memajukan anaknya, marah atau tersinggung. Klaim kemenangan Demokrat yang melekat pada diri Khofifah menjadi sangat penting.

Pilkada yang baru terlaksana secara aman dan damai itu memang memunculkan dinamika politik yang luar biasa menarik dan dinamis. Dari 17 provinsi yang memilih gubernur, tercatat 15 provinsi dimenangkan oleh partai-partai pendukung Jokowi. Kalau hitung-hitungannya seperti ini, mestinya Jokowi sudah aman. Sangat aman.

Namun tidak semudah itu. Di antara anggota koalisi pemenang Pilkada di 15 wilayah itu, ada irisan berupa campur-baurnya partai oposisi yang tidak sepenuhnya mendukung Jokowi. Mereka tetap loyal pada kandidatnya sendiri. Gerindra-PKS-PAN ya tetap mendukung Prabowo, atau kelak Demokrat tetap mendukung AHY siapapun capresnya.

Jadi, untuk siapa Khofifah?

Jangan tanya sekarang!

***