Postingan seputar kedatangan Prabowo ke Makassar hari ini rupanya bikin pendukung Jokowi resah dan gelisah (Obbie Messakh, Kisah Kasih di Selokan -ralat: di Sekolah-, 1987). Sebegitu resah dan gelisah sampai saya di-challenge: ayo kita lihat nanti efek (kehadiran Prabowo)-nya tanggal 27 (hari pencoblosan pilgub, dalam hal ini Sulawesi Selatan).
Saya sih tidak melihat apa pun efeknya dalam pilgub Sulsel. Konstelasi di Sulsel "rumit" dan tidak mencerminkan konstelasi nasional.
Di Sulsel PKS aja koalisi sama PDIP. Itu jauh dari bayangan konstelasi nasional. Sementara Gerindra koalisi dengan P3 yang notabene saat ini "Jokowi banget". Salah satu cagub yang maju dari jalur independen turut mendapat dukungan Demokratnya SBY.
Ada pun kakak kandung sang cagub (mantan Gubernur Sulsel) yang saat ini menjadi petinggi Nasdem dengan tegas dan jelas menyatakan dukungan kepada sang adik. Sebagai tambahan, untuk Sulsel ada faktor determinan lain berupa pengaruh nama besar Jusuf Kalla. Bukan hanya Wakil Presiden, JK di Sulsel adalah "ayah bagi semua".
Untuk itu, dalam "memotret" Prabowo terkait rivalitas dengan Jokowi dalam ajang Pilpres mendatang, saya mengajak kawan yang resah dan gelisah itu menengok survey Indobarometer yang rilis hari ini.
Posisi di Sulsel per Juni 2018 ini Jokowi 29%, Prabowo 22%.
Itu menunjukkan:
1. Jokowi telah ditinggalkan sebagian besar pemilihnya. Ingat, 2014 Jokowi dapat 71% di Sulsel. Berarti 40% lebih telah meninggalkan Jokowi. Adapun suara Prabowo relatif stabil. Tinggal menunggu masa kampanye, dijamin naik.
2. Ini yang paling bikin galau pendukung Jokowi: suara Jokowi sudah jauh di bawah 50% di Sulsel. Apa artinya? Simpel: rakyat Sulsel ingin Presiden baru.
Kembali ke ajang Pilgub Sulsel. Dalam sejumlah survey elektabilitas yang dilakukan sejumlah lembaga, baik lokal maupun nasional, baik yang nyambi jadi konsultan pemenangan maupun tidak, paslon sokongan Gerindra umumnya terproyeksi under-dog. Alias ada di urutan terbawah.
Tetapi, seorang Prabowo Subianto tetap saja datang berorasi untuk paslon tersebut. Ini menunjukkan kualitas kesetiakawanan seorang Prabowo.
Cawagub dari paslon usungan Gerindra berkoalisi dengan P3 dan PBB itu adalah kawan dekat Prabowo. Kawan sejak muda. Itu disampaikan Prabowo tanpa sungkan sedikit pun di atas panggung kampanye. Cawagub itu seorang Purnawirawan bintang dua yang sudah 4 kali menjadi Pj Gubernur di 4 provinsi.
Untuk men-support kawannya itu, Prabowo memboyong 3 mantan Panglima Kodam VII Wirabuana (sekarang Kodam XIV Hasanuddin). Jadi, setidaknya di atas panggung tadi ada satu bintang 3, 4 bintang 2, plus 1 bintang 2 purnawirawan polisi.
Saya tidak akan mengatakan bahwa dengan sokongan sejumlah bintang itu terutama dengan nama besar Prabowo secara langsung maka otomatis paslon yang didukung meninggalkan zona "degradasi". Tidak serta merta.
Saya ajak anda untuk mengingat posisi underdog paslon usungan Gerindra dan koalisinya pada Pilgub Jakarta lalu. Setelah putaran kedua berlangsung dan paslon tersebut menang, apa yang terlihat di layar tivi?
[irp posts="16575" name="Menelisik Sebab Raibnya Foto Rizieq, Amien dan Prabowo dari IG"]
Seingat saya, Prabowo memanggil pengusaha Erwin Aksa agar tampil agak ke depan biar lebih tersorot kamera tivi. Erwin adalah salah satu faktor kunci dalam kemenangan paslon sokongan Gerindra dan koalisinya. Siapa Erwin?
Dia adalah putra pengusaha nasional Aksa Mahmud yang pernah menjadi anggota DPD RI plus Wakil Ketua MPR. Sudahlah, saya tak ingin tonjolkan kalau Aksa adalah ipar JK. Saya lebih memilih menyampaikan Aksa meraih kursi DPD (Senator) dengan jutaan suara. Tidak ada sangkut paut dengan JK sebagai Wapres karena perolehan suara itu terjadi sebelum JK terpilih Wapres.
Oya, menantu Aksa (baca: istri Erwin) adalah putri Komisaris Jenderal (purn.) Jusuf Mangga Barani (mantan Wakapolri). Sementara adik sang Jenderal, Idris Mangga Barani, saat ini adalah Ketua DPD Gerindra Sulawesi Selatan. Nah!
Sudahkah anda lihat cantiknya relasi yang dibangun Prabowo Subianto di sini? Politic is an art.
Demikian. Jangan dibawa tensi.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews