A shelter for the birds.
Beberapa waktu lalu saya sempat posting tentang hasil prakarya Fatih di sekolah, yaitu kandang kayu untuk rumah burung.
Sekian lama nggak ada yang tertarik. Paling beberapa burung kecil menclok di atasnya, terus terbang lagi.
Kandang ini sempat dipermak sama Fatih, karena lubangnya terlalu kecil. Maka dia bawa lagi ke sekolah (karena di rumah nggak ada peralatan bertukang).
Nggak lama, mulai ada 1-2 burung tit yang mencoba masuk. Kami berharap suatu saat burung-burung itu akan bertelur dan ada anak-anak burung yang suaranya nyaring dari dalam kandang.
Di akhir musim dingin, ada sepasang burung tit yang rajin bolak-balik ke kandang sambil membawa ranting/rumput kering di mulut mereka. Wah, ada harapan mereka bakal ngendon dan bertelur di dalam. Benarkah?
Sejak musim semi, kami mulai mendengar suara-suara kecil dari dalam kandang. Dan di musim panas ini, sepasang burung tit yang waktu itu sibuk membuat sarang, sekarang selalu membawa cacing, larva, sampai nyamuk di mulut mereka. Sebentar si ibu masuk, dan bapak mengawasi dari atap.
Ketika ibu pergi, giliran bapak yang masuk, dan kemudian pergi lagi. Ketika kedua orangtuanya pergi, suara di dalam kandang semakin gaduh.
"Mak! Pak! Kami lapar!" begitu mungkin kata mereka.
Betapa senangnya kami ketika tau pasangan burung itu berhasil membangun keluarga di dalam kandang yang kami gantung di teras depan rumah.
Apalagi Fatih sang tukang kayu. Bangga sekali dia bisa menghasilkan karya yang bermanfaat buat makhluk lain.
Sayang atap kandang nggak bisa dibuka tutup, sehingga kami nggak bisa melihat langsung kondisi nak-kanak burung di dalamnya. Biar saja demikian. Yang penting mereka betah. Lagipula kalau keseringan kami ganggu, bisa-bisa mereka hengkang dari sana.
Jadi beginilah. Kami bisa menikmati kicau burung tanpa perlu mengurung mereka dalam sangkar. Mereka bebas datang dan pergi. Meski kebebasan itu sedikit terancam dengan keberadaan para kucing tetangga yang rajin duduk di pinggiran teras, mata mereka mengawasi. Menanti saat yang tepat untuk menyergap burung-burung kecil yang lucu itu.
Pak Suami sempat mengatur ulang perabotan teras supaya nggak "cat friendly". Alhamdulillah sejauh ini aman. Burung tetap nyaman datang dan pergi.
Para kucing juga masih sering bertandang ke rumah dan jadi sahabat Fatih.
Nyalakan volume ponsel kalian, ya. Biar bisa mendengarkan kehebohan para anak burung yang nggak pernah kenyang karena mereka masih dalam masa pertumbuhan (kata Pak Suami).
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews