Alkisah, dua orang balita suatu ketika menyaksikan kakek tua yang tidak paham cara berwudhu. Walau masih belia, keduanya tahu cara yang benar dan merasa punya kewajiban moral untuk mengoreksi sang kakek.
Namun mereka kuatir, inisiatif mereka justru akan menimbulkan rasa tak nyaman pada sang kakek. Atau lebih celaka lagi kalau si kakek malah merasa terhina dan tidak bersedia menerima arahan yang benar.
Rupanya, kedua balita itu tidaklah kekurangan akal. Mereka memutar otak demi mencari cara terbijak dalam mengajarkan sang kakek apa yang tidak dia tahu.
Setelah berpikir beberapa saat, mereka sampai pada ide brilian. Keduanya lalu pura-pura bertengkar sembari menyalahkan tatacara wudhu satu sama lainnya.
Setelah bertengkar sejenak, keduanya mendatangi sang kakek yang sedari tadi menyaksikan “pertengkaran” mereka. Keduanya meminta sang kakek untuk memutuskan siapa yang paling benar dalam kontes wudhu itu. Si kakek bersedia.
Bersegeralah keduanya memperagakan wudhu masing-masing dengan disaksikan mata kepala si kakek. Setelah itu mereka bertanya: siapa yang paling benar di antara kami?
Sang kakek hanya tersenyum seraya menjawab: “Kalian telah sama-masa memperagakan tata cara wudhu yang baik dan benar. Yang keliru adalah kakek bodoh ini dan karena itu dia belajar dari kalian berdua!
Konon, kedua balita itu tiada lain adalah cucu Rasulullah, Hasan dan Husein!
Dikutip dari kitab Qishash al-Abrar (Kisah Orang-Orang Baik), karya Murtadha Mutahhari, halaman 104.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews