Kawan, ijinkan saya mohon maaf sebelumnya. Walaupun lebaran masih seminggu lagi, tapi jaman now di era gelapnya demokrasi, jangankan berpendapat, salah batuk aja kita bisa dikriminalisasi.
Beberapa hari ini saya lama merenung dan bertanya-tanya dalam hati, apakah saya, kami atau mereka yang butuh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila atau BPIP?
Tentu saja saya tidak sehebat Uda Karni Ilyas yang mampu mengundang banyak tokoh-tokoh luar biasa dan berdiskusi disiarkan televisi di ILC.
Saya cuma mampu merenung sehabis sholat subuh, dengan suasana damai yang membuat jiwaku tenang sambil menghirup manisnya aroma udara Nusantara yang bercampur bubuk emas Freeport di Papua, bau nikel dari tambang Morowali dan sedikit bau sangit batubara dari KPC Sangatta.
Saya sempat bingung, Kenapa di antara delapan orang anggota Dewan Pengarah BPIP yang ehm...uhuk...uhuk... dan sedikit huaccim... karena bergaji ratusan juta rupiah dan diketuai oleh Bu Megawati itu tidak masuk nama-nama tokoh dari pihak kita misalnya Ustadz Somad, Ustadz Felix, Pak Amien Rais, Rocky Gerung dan Yai Ustadz Tengku Dzulkarnain misalnya?
Kenapa harus Prof. Mahfud, Yai Aqil Siradj, Yai Ma'ruf Amin, Pak Try Sutrisno, Buya Syafii Ma'arif?
Kenapa harus... maaf 3 nama lagi saya lupa.
Ternyata saudara-saudara...
Ternyata jamaah Ustadz Somad memang sudah lulus Pancasila!
Jamaah Ustadz Felix, pengikut Pak Amien Rais, Fans Rocky Gerung dan jamaah Ustadz Tengku Dzul semuanya sudah lulus Pancasila.
Tinggal Jamaahnya Bu Mega, Prof. Mahfud, Buya Syafii Ma'arif, Yai Aqil Siradj dan tiga orang yang lainnya mungkin masih butuh bimbingan, karena Pancasila mereka masih sekedar slogan.
Sebagai Contoh, Partai Bu Mega adalah partai yang akhir-akhir ini kadernya lumayan banyak tersangkut masalah korupsi, menurut beberapa media selalu di nomor berprestasi di masalah Korupsi.
[irp posts="16553" name="Sedikit Catatan tenting Model Pelembagaan Pancasila"]
Misalnya saja baru-baru ini Bupati Purbalingga yang juga ketua DPC PDIP Purbalingga yang viral dengan salam metal ala Bu Ketum dan si Petugas Partai tertangkap tangan oleh KPK.
Tentu saja dengan alasan di atas saya mengerti kalau Bu Mega yang paling harus bekerja keras membina dan mengajari Pancasila kepada para pengikutnya.
Jadi jabatan Ketua Dewan Pengarah menurut saya sudah tepat.
Sedangkan penunjukkan Prof. Mahfud, Yai Aqil dan Yai Ma'ruf Amin juga sedikit banyak bisa saya pahami. Karena jamaah mereka khususnya Barisan Serba Nganu... menurut saya kurang intoleran dengan saudara-saudara sesama muslim yang beda ormas. Beberapa kali pengajian ulama-ulama atau Ustadz-ustadz yang dituduh wahabi misalnya Ustadz Felix mereka bubarkan dengan paksa.
Lucu juga sih, acara pengajian dibubarkan karena ngga dianggap Pancasilais sedangkan acara dangdutan mereka ikut goyang. Ternyata dangdutan lebih Pancasilais daripada ngaji....
Sedangkan Buya Syafi'i saya pikir cocok mewakili jamaah Ahoker, karena bukan rahasia lagi kalau selama ini beliau adalah "pendukung berat" Ahok. Bukan rahasia juga kalau selama ini pendukung Ahok walaupun merasa paling Pancasila tapi beberapa kali rusuh dan brutal.
Bahkan mereka pernah menghujat Pak Jokowi tanpa sebab.
Jadi dibutuhkan para sesepuh dan yang dianggap kepala suku untuk kembali mengajarkan Pancasila kepada para jamaah dan pengikut mereka yang sudah jauh melenceng dari nilai-nilai luhur berbudaya dan berbangsa lewat Ideologi Pancasila.
Saya pikir demikian juga dengan Pak Try Sutrisno sebagai sesepuh PKPI dan tiga tokoh yang lainnya memang diperlukan untuk mendidik para pengikut dan jamaah mereka sendiri untuk kembali menjadi manusia Pancasilais sejati.
Sedangkan kita-kita, jamaah Ustadz Somad, Jamaah HRS dan Ulama lainnya, Pengikut Pak Prabowo, Fans Pak Amien Rais, Kader Partai Tirik Yaluk, kader PKS dan para oposisi lainnya sudah membuktikan pernah demo terbesar sejak Indonesia merdeka dengan 7 juta Umat, tapi bisa berlangsung begitu tertib, indah, damai, bersih dan rapi. Persis dipedoman dan panduan ibu PKK.
Tentu saja karena ideologi Pancasila sudah menyatu dan mengalir didalam darah kita. Jadi tidak perlu teriak-teriak kencang "Saya Indonesia-Saya Pancasila", karena biasanya air beriak tanda tak dalam.
Piye karepmu, Jal?
Sudah pada paham kan, tiinnnng...tiinnnng...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews