Ada yang menarik dari persaingan pasangan calon pada Pilkada Jatim 2018. Terutama jika melihat hasil dari lembaga survei yang masing-masing mengunggulkan kedua paslon yang masih harus dibuktikan saat pencoblosan pada 27 Juni 2018 nanti.
Terbaru adalah hasil survei Pusat Kajian Pembangunan dan Pengelolaan Konflik (Puskep) Universitas Airlangga Surabaya yang menyebut, Saifullah Yusuf alias Gus Ipul – Puti Guntur Soekarno menang tipis atas Khofifah Indar Parawansa – Emil Elestianto.
Dalam survei yang digelar pada 12-19 Mei 2018 kepada 800 responden di 38 kabupaten dan kota se-Jatim itu menyebutkan, elektabilitas Gus Ipul – Puti Guntur 47,25 persen. Sementara pasangan Khofifah – Emil hanya 42,25 persen.
Mengutip Kompas.com, yang belum menentukan pilihan sebesar 10,5 persen. “Persaingan masih ketat, ibarat duel el clasico seperti di Liga Spanyol,” ungkap Direktur Puskep Putu Aditya, saat merilis hasil surveinya, Selasa (29/5/2018) malam.
Pemilih Gus Ipul – Puti Guntur, terkonsentrasi di wilayah Arek (Surabaya dan sekitarnya serta Malang Raya), Tapal Kuda (Pasuruan hingga Banyuwangi), dan Mataraman dalam. “Jumlah pemilih terbanyak ada di wilayah Tapal Kuda,” jelasnya.
Sementara pendukung Khofifah – Emil banyak berada di wilayah Mataraman pesisir (Tuban, Lamongan, Gresik) dan Madura. ”Kontribusi suara dari Madura ke Khofifah – Emil bahkan 50 persen lebih, tepatnya sebesar 55,9 persen,” ungkap Putu.
Dari sisi popularitas, Gus Ipul memperoleh 97,96 persen, sedangkan Khofifah sebesar 90,1 persen. Untuk posisi cawagub, perbedaan popularitas Emil dan Puti Guntur cukup tipis, 0,6 persen. Popularitas Emil 85,1 persen dibanding Puti Guntur 84,5 persen.
Putu mengatakan, survei juga memotret penerimaan masyarakat terhadap program atau janji kerja kedua paslon. Menurut survei tersebut, program Khofifah – Emil dinilai realistis oleh 37,6 persen responden, sedangkan 33,1 persen menyatakan tidak realistis.
Sisanya menyatakan tidak tahu. Pada duet Gus Ipul – Puti Guntur, lanjut Putu, sebanyak 46,4 persen responden menyatakan program keduanya realistis untuk dilaksanakan, 30,4 persen menyatakan tidak realistis, dan sisanya menyatakan tidak tahu.
”Penerimaan publik terhadap program Gus Ipul - Puti lebih bagus dibanding Khofifah-Emil. Hal ini terkait skema program Gus Ipul – Puti yang lebih simpel dan langsung menjawab masalah di lapangan,” tukasnya, seperti dilansir Tribunnews.com (Selasa, 29 Mei 2018).
Menurut Putu, berbeda dengan Khofifah – Emil yang dinilai baik secara retorika, tapi justru tak dipahami dengan baik oleh publik. “Program Khofifah – Emil dinilai mengawang-awang dan cenderung teoretis,” papar akademisi FISIP UA tersebut.
Dia menambahkan, meski saat ini Gus Ipul – Puti Guntur unggul, masih ada sisa waktu sekitar sebulan ke depan yang bisa dimanfaatkan oleh masing-masing paslon. Strategi dari kedua paslon selama Ramadlan hingga Lebaran ini akan sangat menentukan.
”Momentum Ramadlan dan Lebaran menjadi krusial sebagai titik tentu kemenangan, karena praktis pasca Lebaran masyarakat sibuk dengan aktivitas keluarganya masing-masing, apalagi ada libur bersama yang lumayan panjang,” ungkapnya.
Survei Puskep digelar 12-19 Mei 2018 di 38 kabupaten/kota seluruh Jatim dengan jumlah responden 800 orang. Survei memiliki margin of error 2 persen dengan tingkat kepercayaan 98 persen.
Sayangnya, hasil survei yang mengatasnamakan kampus Universitas Airlangga (UA) tersebut justru diklarifikasi oleh Rektor UA Prof. DR. Mohammad Nasih. Disebutkan, pihaknya tidak pernah melakukan survei untuk Pilkada Jatim 2018.
Jika ada lembaga survei yang mengatasnamakan UA, itu bukan dari universitas. “Survei itu bukan dari pihak Universitas,” tegas Profesor Nasih, Rabu (30/5/2018). Pihak kampus tidak pernah membuat program survei untuk Pilkada Jatim 2018.
“Unair secara official tidak pernah menyelenggarakan survei. Penggunaan Unair itu yang tidak pada tempat, tidak etis kalau mengatasnamakan Unair. Hasilnya pun berbeda secara luas, secara mayoritas. Orang mengira Unair membuat itu. Kami tidak menyelenggarakan untuk Pilkada,” tukas Nasih, seperti dikutip Okezone.com, Rabu (30 Mei 2018).
Alvara: Khofifah Unggul
Sebelumnya, Alvara Research Center juga melakukan survei elektabilitas kedua paslon itu. Dalam survei tersebut Gus Ipul – Puti Guntur tertinggal dibanding rivalnya Khofifah – Emil. Khofifah – Emil mampu meraup suara sebesar 48 persen.
Sedangkan Gus Ipul – Puti Guntur hanya memperoleh 41,9 persen. Survei Pilkada Jatim itu digelar pada 29 April hingga 5 Mei 2018, menggunakan metode multistage random sampling, melalui wawancara tatap muka terhadap 800 responden yang berusia 17 tahun ke atas.
Responden tersebar secara proporsional di 38 Kabupaten/Kota di Jatim. Survei mempunyai tingkat kepercayaan 95 persen, serta margin of error 3,46 persen. “Hasil survei ini cukup mengejutkan,” ungkap Hasanuddin Ali, Senin (21/5/2018).
“Karena, pada survei sebelumnya, September 2017 lalu, elektabilitas Khofifah hanya 35,9 persen di bawah Saifullah Yusuf dengan 46,6 persen,” lanjut CEO Alvara Research Center itu dalam keterangan persnya di Jakarta.
Hasanuddin menerangkan, elektabilitas Khofifah saat berpasangan dengan Emil mengalami lonjakan yang signifikan, yakni sebesar 11,1 persen. Sedangkan Gus Ipul saat berpasangan dengan Puti Guntur mengalami penurunan drastis sebesar 5,1 persen.
Jika dilihat distribusi dukungan terhadap paslon ini berdasarkan jenis kelamin pemilih, maka terlihat bahwa pemilih wanita (54,4 persen) lebih condong mendukung paslon Khofifah – Emil. Namun, pemilih pria (50,4 persen) lebih condong mendukung Gus Ipul – Puti Guntur.
Dari usia pemilih, kata Hasanuddin, Khofifah – Emil berhasil memikat pemilih milenial dan tua, Khofifah – Emil unggul di kelompok usia 17 – 35 tahun dan usia di atas 46 tahun, tapi Gus Ipul – Puti Guntur hanya unggul di kelompok usia 36 – 45 tahun.
Secara strata sosial ekonomi, lanjutnya, paslon Khofifah – Emil unggul di kelompok Sosial Ekonomi Menengah Bawah, sedangan paslon Gus Ipul – Puti Guntur unggul di Kelompok Sosial Menengah. Kelompok Menengah Atas perolehan kedua paslon cenderung seimbang.
Adapun berdasarkan geografis, di wilayah Rural (Pedesaan), 47,3 persen memilih paslon Khofifah – Emil, 39,9 persen memilih paslon Gus Ipul – Puti Guntur, dan12,8 persen belum memutuskan.
Sementara di wilayah Urban (Perkotaan), 46,7 persen memilih paslon Khofifah – Emil, 43,3 persen memilih paslon Gus Ipul-Puti, dan 10 persen belum memutuskan, dan 0,8 persen Golput.
Dari aspek kluster karakteristik wilayah di Jatim, kata Hasanuddin, elektabilitas Khofifah – Emil (48 persen) unggul dibandingkan Gus Ipul – Puti Guntur (33,3 persen) di Kluster Madura. Survei ini sama dengan hasil Puskep di atas.
Di Tapal Kuda, Gus Ipul – Puti Guntur (47,6 persen) unggul dibandingkan Khofifah – Emil (43,4 persen). Di wilayah Arek, Khofifah – Emil (52,8 persen) unggul dibandingkan Gus Ipul – Puti Guntur (41,6 persen).
“Sementara di wilayah Mataraman, persentase kedua pasang kandidat bersaing cukup ketat di mana Khofifah – Emil (44,1 persen) unggul dibandingkan Gus Ipul-Puti (39,5 persen),” kata Hasanuddin.
Untuk wilayah Madura dan Mataraman, persentase pemilih yang belum memutuskan cukup besar. Hasanuddin memaparkan, ada tiga alasan yang mendasari melejitnya elektabilitas Khofifah – Emil.
Pertama, keduanya dianggap merupakan kombinasi pasangan ideal, di mana Khofifah Indar Parawansa memiliki pengalaman dan usia yang matang sementara Emil Elestianto adalah sosok intelektual dan mewakili generasi milenial.
Kedua, lanjutnya, pemilih menilai program-program Khofifah – Emil lebih baik, hal ini dapat dilihat dari tingginya elektabilitas Khofifah – Emil dikategori pemilih rasional.
Ketiga, Pasangan Khofifah – Emil dipersepsikan memiliki Kualitas yang lebih baik hal ini terlihat dari unggulnya Khofifah – Emil di indeks Candidate Quality, Candidate Competency, Recommendation Level, dan Trusted Level.
“Sedikitnya ada lima prioritas pembangunan yang diharapkan masyarakat Jatim: Lapangan Kerja, Penanganan Kemiskinan, Stabilitas Harga Sembako, Pelayanan Kesehatan, dan Sarana Pendidikan perlu lebih mendapat perhatian,” imbuhnya.
Namun, Hasanuddin menambahkan, meski peluang Khofifah – Emil untuk memenangkan Pilkada Jatim memang lebih tinggi dibanding Gus Ipul – Puti Guntur, keunggulan Khofifah-Emil masih belum aman.
Karena, Pertama, selisih elektabilitas diantara kedua kandidat masih tipis, yakni perbedaan elektabilitas sebesar 6,1 persen, segala kemungkinan masih bisa terjadi saat pelaksanaan Pilkada Jatim 27 Juni 2018 nanti .
Kedua, tingkat soliditas pemilih Khofifah – Emil sedikit lebih rendah dibanding pemilih Gus Ipul – Puti Guntur. Dan yang ketiga, perbedaan yang sangat tipis di daerah Mataraman akan menjadikan wilayah ini sebagai battle ground utama Pilkada Jatim kali ini.
Sebelumnya dirilis, dalam survei yang dilakukan Surabaya Survey Center (SSC), elektabilitas Khofifah – Emil memiliki kenaikan cukup signifikan hingga 6,2 persen, mampu bertengger di atas rivalnya Gus Ipul – Puti Guntur.
Menurut Mochtar Oetomo, elektabilitas Khofifah – Emil memiliki kenaikan cukup signifikan, mampu berada di atas pasangan pesaingnya hingga mencapai sebesar 6,2 persen. “Sedangkan Gus Ipul – Puti Guntur hanya 3 persen,” ujar akademisi Universitas Trunojoyo ini.
Rilis survei SSC yang mengambil tema “Palagan Setanding dan Sebanding Dinamika Perilaku Pemilih Jelang Pilgub Jatim 2018” tersebut menunjukkan, elektabilitas Khofifah – Emil sebesar 41,1 persen.
Sementara paslon Gus Ipul – Puti Guntur hanya 39,2 persen dengan undecided voters atau yang belum menentukan pilihan sebesar 19,7 persen. “Selisihnya cukup tipis hanya 1,9 persen,” kata Direktur Peneliti SSC Edy Marzuki dalam paparannya.
Bagaimana realitas dari hasil survei berbagai lembaga itu tentunya akan terlihat pada saat hari pemungutan suara pada 27 Juni 2019 nanti. Siapa yang bakal dipilih rakyat Jatim. Tentu saja, salah satu paslon diantaranya ada yang sesuai dengan hasil survei itu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews