Saat mahasiswa, saya beruntung bisa bergabung dengan LP3ES (Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi-Sosial) di kawasan Slipi, Jakarta Barat. Walaupun, hanya sebagai tenaga pengumpul data bersama beberapa mahasiswa dari UI dan IPB.
Mahasiswa UI cakap di teori penelitian, IPB pandai di statistik. Mahasiswa Fisip Unas? Unggul di lapangan. Gigih. Waktu penelitian satu bulan, bisa diselesaikan dua pekan. Tiga keunggulan itu membuat kolaborasi yang sangat baik dalam sebuah tim.
Di LP3ES, saya sekalian belajar mengaplikasikan metodologi penelitian sosial politik. Pemberi materi antara lain Dr Didik J Rachbini (kini profesor) yang juga dosen mata kuliah ekonomi politik di Fisip Unas. Memang hanya membantu penelitian lapangan, namun berhak mendapat honor antara Rp500 ribu hingga Rp 1 juta. Cukup besar untuk mahasiswa pada 1990.
Sebagai perbandingan, sarjana yang baru masuk pegawai negeri, gajinya tidak sampai Rp200 ribu per bulan. Usai penelitian, honornya bisa untuk traktir teman-teman di warteg Udin di depan kampus Unas.
Nah, di belakang gedung LP3ES, terdapat tempat pembuangan sampah. Sampahnya tidak sembarangan, melainkan buku-buku politik dan ekonomi yang sudah dimakan rayap. Sebagian besar buku atau kumpulan tulisan Dawam Raharjo. Ia pernah menjadi pimpinan di lembaga tersebut.
Di dinding tembok tertulis: dilarang mengambil buku-buku di tempat sampah. Ah, saya tidak peduli. Saya pilih yang masih agak bagus. Mungkin ada yang melihat saya memunguti buku-buku tersebut. Besoknya ditambah tulisan: "yang ambil buku anjing!"
Saya pun tidak peduli. Bahkan kalau jumpa orangnya, ingin rasanya memberikan salam kepalan tangan ke wajahnya.
Saya berhasil menjadi pemulung buku. Sekitar satu dus saya bawa pulang ke rumah. Buku-buku itu masih tersimpan rapi hingga kini. Umumnya tentang ekonomi politik Islam dan ekonomi kerakyatan karya Dawam Raharjo.
Begitulah, saat mahasiswa saya menjadi pemburu buku di tukang loak dan tempat sampah. Maaf, Pak Dawam. Saya tidak sanggup membeli buku karyamu. Cuma bisa mengambil dari tempat sampah. Semoga karyamu menjadi amal di akhirat kelak.
Duka cita untuk Dawam Raharjo. Selamat jalan Profesor. Semoga husnul khotimah.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews