Muhary Wahyu Nurba bertemu satu meja dengan Andhika Mappasomba. Dan saya adalah orang beruntung bisa jadi penyaksi pada malam sebelum saya tinggalkan Makassar, pekan lalu. Saya seperti gembel intelektual yang kebingungan mengikuti alur perbincangan keduanya.
Belakangan -dan akan datang- sosok Muhary kerap Anda jumpai bila tengah mengemil berondong atau popcorn di ruang-ruang bioskop. Dia lelaki multitalenta, bersahaja dan punya kharisma.
Penyair dan sastrawan ini aktif menjelajahi bentangan layar lebar. Terbaru, dia tengah mempersiapkan film yang diadaptasi dari sebuah novel. Muhary akan hadir satu skenario dengan Cut Mini dan aktor kawakan lainnya.
Oh iya, sebentar lagi terbang ke Barcelona. Dia akan memerankan beberapa adegan di sana. Bagi Anda yang ingin sampaikan salam ke Lionel Messi, silakan titip di beranda Facebook beliau. Walaupun pada saat yang sama, mungkin, Messi sudah balik ke Argentina, bergabung bersama tim sepakbola negaranya untuk selanjutnya bertolak ke ajang piala dunia di Rusia.
Muhary adalah salah seorang yang mengisi ruang-ruang debat sastra waktu saya mahasiswa. Nyaris tak pernah bertemu langsung, tapi cerpen dan puisi yang terbit Minggu di Harian Fajar Makassar, tak jarang jadi kliping.
Kiprah penyair dan sastrawan selevel Muhary dan beberapa nama lainnya, diakui atau tidak, membuat kolom sastra koran Fajar benar-benar bermutu. Khazanah kesusastraan penuh makna, layak baca, dan punya kasta.
Andhika Mappasomba. Dia penyair yang kerjanya ke mana-mana. Tak tentu arah dan makna. Lebih banyak muncul di dunia maya untuk menghabiskan kuota.
Karya-karyanya berhamburan di media sosial. Dipanggil baca puisi di banyak acara. Jadi idola diskusi-diskusi mahasiswa. Karena mungkin tarifnya hanya sebungkus rokok, nasi dus dan sebotol air mineral.
Saya kadang heran dengan ulahnya. Maunya-maunya dipanggil bicara yang berat-berat dengan ganjaran yang sangat tak layak.
Saya bilang, di Jakarta honor jadi pembicara untuk diskusi-diskusi biasa, minimal Rp5 juta (untuk ini, saya sih sok tahu saja). Malam itu saya anjurkan agar dia berhenti jadi pembicara diskusi bila hanya dibayar ucapan terima kasih.
Pihak pengundang juga bisa lebih menghargai. Menjadi seorang pembicara atau pembawa materi itu tidak gampang. Mereka siapkan bahan, meluangkan waktu membaca pengetahuan baru, dan berpikir keras supaya tampil memuaskan. Janganlah biarkan mulut pemateri Anda berbusa-busa sementara saat bersamaan tangki bensin motornya nyaris dahaga.
Lalu, hari ini Andhika mengumumkan antologi cerita pendek-nya mulai dipasarkan. Ini merupakan kompilasi cerpen yang digarap selama delapan tahun. Ada 15 cerpen dengan ketebalan 108 halaman di luar sampul.
Dari awal saya menduga, himpunan cerpen bertajuk Kinokot itu akan dijual "murah". Taksiran saya minimal Rp50 ribu, belum ongkos kirim.
Tapi, saya kemudian dibuat geleng kepala. Bagaimana mungkin, karya bermutu yang digarap dengan perjalanan penuh lika liku itu dilempar percuma dengan Rp35 ribu dan ongkos kirim Rp15 ribu?
Yah, Andhika memang tipe penyair yang sangat baik. Dia lebih mementingkan kepuasan hati ketimbang persoalan materi. Saya sudah membaca sebagian cerpennya. Sangat merugi Anda bila tak turut membacanya. Hampir tak ada karya sastra bagus dibisniskan dengan nilai segitu.
Oh iya, persamuhan Muhary dan Andhika, malam itu, adalah reuni antara guru dan murid. Keduanya pengagum perempuan, menjunjung nilai-nilai cinta; tak canggung dikencani dan ikhlas melayani.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews