Mari kita buat list, siapa-siapa saja penceramah agama yang suka mengisi acara di TV dan dia aktif menyebarkan paham radikal.
Mengapa ini penting?
Pertanyaan ini bisa kita balik, mengapa ajaran agama yang intoleran dan radikal seperti pendapat dukungan masyarakat? Saya melihat salah satunya adalah akibat peranan statisun TV. Mereka memberi tempat orang-orang ini berkoar-koar berceramah agama dan jutaan masyarakat menyaksikan acaranya.
Ok, katakanlah saat menjadi penceramah di TV, para pendukung intoleransi dan radikal itu tidak langsung membahas thema-thema sensitif di acaranya.
Tetapi dengan mendapat tempat di sebuah acara TV, seolah mereka sudah punya legitimasi publik sebagai pengajar Islam. Orang awam akan menganggapnya sebagai penceramah kondang. Ada semacam peningkatan bobot pengaruh dari omongan mereka kepada masyarakat.
Jika dalam acara TV mereka bicara biasa-biasa saja, mungkin pada kesempatan lain gak begitu. Lihat saja status Maher At Thuwalibi. Menanggapi aksi teroris di Mako Brimob kemarin, dia menyebut polisi dengan sebutan 'Monyet berseragam bencong'. Meskipun status itu sudah dihapus, untung saja banyak orang yang sempat screenshot. Maheer khabarnya akan menjadi salah satu pengisi acara Ramadhan di Trans7.
Bayangkan jika pendukung teroris seperti Maher diberi panggung ceramah di TV. Apa tidak makin rusak bangsa ini?
Kita punya BNPT. Program deradikalisasi menghabiskan dana besar, tetapi proses radikalisasi justru muncul dari TV-TV kita. Jika program deradikalisasi berjalan pelan dan terseok-seok, justru proses radikalisasi berjalan sangat masif. Disokong oleh stasiun TV masuk ke kamar tidur rakyat. Lantas kita berharap negeri ini terbebas dari teroris? Mimpi!
Pengelola stasiun TV semestinya adalah orang yang pertama ditatar oleh BNPT agar mereka tidak menjadi kaki-tangan radikalisme. Setelah itu para agency pemasang iklan agar mereka jangan lagi memasang iklan di acara yang di dalamnya ada tokoh pendukung ajaran radikal.
Juga kepada produk-produk yang biasanya memasang iklan di acara pengajian seperti itu, sebaiknya hati-hati pilih program. Jangan cuma mementingkan keuntungan buat diri sendiri. Pikirkan juga masa depan masyarakat.
Ok, Anda semua sekarang bisa jualan. TV bisa terus siaran dan dapat untung. Agency dan produsen produk laku dengan iklan yang gencar. Tapi ketika kelompok barbar dan intoleran itu menguasai Indonesia, apakah Anda masih bisa eksis? Apakah tontonan Anda akan laku? Apakah agency Anda bisa terus beroperasi? Apakah masyarakat yang porak-poranda nanti sempat membeli produk Anda?
Tidakkah Anda belajar dari Suriah atau Libya. Di sana, kapan waktunya rakyat bisa menikmati acara TV ketika rumah dan kotanya porak poranda? Siapa yang bisa berbelanja obat maag, sirop atau sarung sementara desingan peluru lewat di atas kepalanya.
Menampilkan pembicara agama yang membawa paham radikal, bahayanya sama dengan Anda menjajakan narkoba. Masa depan bangsa ini menjadi taruhannya.
Kita harus mendesak Kementrian Agama, Kominfo, KPI dan BNPT bertindak lebih jauh, mengawasi konten radikal di TV. Tidak ada gunanya kita memerangi teroris, jika justru paham radikal kita fasilitasi di berbagai acara TV.
Saya khawatir, Ramadhan nanti wajah-wajah yang tampil di TV sedang membawakan acara keagamaan adalah wajah-wajah yang justru ingin mendorong bangsa ini masuk ke jurang kehancuran.
Jika ini dibiarkan saja jangan kaget jika beberapa tahun lagi tiba-tiba kita sudah dikepung para teroris!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews