Menanti Jurus Baru Mahathir, Membuka Jalan bagi Anwar Ibrahim

Sabtu, 12 Mei 2018 | 07:19 WIB
0
710
Menanti Jurus Baru Mahathir, Membuka Jalan bagi Anwar Ibrahim

Video penemuan harta karun Najib Razak beredar luas: timbunan uang, perhiasan, emas-berlian dan warkat-warkat. Yang melihat pun geleng-geleng kepala. Saking kagumnya.

”Itu hoax,” tulis teman Malaysia saya lewat WA. ”Masak harta Najib cuma segitu hahaha,” tambahnya.

Jadi, video itu tidak benar?

”Video itu benar. Tapi sudah lama. Itu video dalam kasus lain di Sabah,” katanya. ”Kalau mau dibongkar harta Najib bisa 1.000 kalinya hahaha,” tambahnya lagi.

Pembuat hoax itu mungkin terinspirasi dari pernyataan pemimpin baru Malaysia, Mahathir Mohamad. Saat ia ditanya soal mega korupsi di 1MDB. ”Yang penting kita usahakan sebanyak mungkin uang itu kembali,” ujar Mahathir.

Bisa juga terinspirasi dari langkah cerdik Mahathir ini: tiba-tiba mengumumkan libur dua hari. Kamis dan Jumat. Pengumumannya pun dibuat jam 3 pagi. Begitu ada kepastian partai oposisi menang.

Kalau digandeng Sabtu dan minggu berarti libur empat hari. Dengan mendadak libur itu tidak akan ada transaksi di bank. Tidak akan ada transfer uang ke luar negeri. Tidak ada eksodus orang maupun uang.

Semula libur itu dikira hadiah. Untuk merayakan kemenangan oposisi yang begitu menakjubkan. Atau untuk istirahat. Dari kelelahan berjuang all out berminggu-minggu. Mahathir sadar banyak juga yang tidak suka atas kemenangan koalisi Pakatan Harapan. Pengusaha umumnya pro kepada yang sudah ada.

Kalau tidak diliburkan ekonomi bisa guncang. Hari Kamis itu harga saham bisa rontok. Mata uang ringgit bisa lebih parah: melorotnya. Hari Jumatnya heboh. Kehebohan itu akan menimbulkan iklim jelek bagi kemenangan oposisi.

Dengan libur empat hari Mahathir punya waktu konsolidasi. Hari pertama Mahathir bikin pernyataan: prioritasnya ekonomi dan keuangan. Ditanya yang lain jawabnya kembali: prioritasnya ekonomi dan keuangan. Mahathir masih dikenang sebagai pemilik berbagai jurus ekonomi.

Dialah penyelamat Malaysia dalam krisis moneter Asia di tahun 1998. Satu-satunya negara Asia Tenggara yang selamat dari krisis. Ekonomi Indonesia pun rontok. Beserta presidennya: Suharto.

Mahathir juga dikenang membangun tanpa berhutang. Memodernkan Malaysia. Meninggalkan jauh Indonesia. Dari mana Mahathir dapat uang kala itu? Ternyata dari pajak BBM. Mahathir mengakui bahwa dirinya diktator. Tapi, katanya, dialah diktator yang mau jadi pendengar yang baik.

Dan saya tahu Mahathir juga senang membaca. Itulah pelajaran kepemimpinan dari Mahathir. Mau mendengarkan dan mau membaca. Mau mendengarkan menandakan seseorang punya jiwa keikhlasan. Mau membaca menandakan seseorang memiliki ruang imajinasi yang cukup sebagai lahan subur munculnya ide-ide. Gagasan. Kreativitas. Kita ingin segera tahu: ide-ide baru Mahathir.

Setelah 14 tahun berada di luar pemerintahan. Ia memang akan membatalkan rencana pemberlakuan GST (Goods and Service Tax). Diganti dengan SST (Sales and Service Tax). Atau akan meninjau ulang proyek-proyek Tiongkok dan lainnya. Ia nilai terlalu mahal dan membebani.

Misalnya proyek kereta cepat Timur-Barat. Sejauh 630 Km. Yang ground breaking-nya dilakukan Najib Razak 9 Agustus tahun lalu. Pinjaman Tiongkok untuk itu USD 13,1 miliar. Atau sekitar Rp180 triliun. Belum biaya lokalnya.

Ide kereta itu sebenarnya baik. Menghubungkan pantai barat (Port Klang) ke pantai Timur (Kota Bahru). Yang selama ini terhalang pegunungan tengah. Waktu saya dari Kota Bahru mau ke Ipoh harus muter ke selatan dulu lewat Terengganu, Kuantan dan Pahang. Baru memutar lagi ke utara. Selama ini arus barang dari pantai barat Semenanjung harus diangkut pakai kapal: memutari Singapura.

Itulah sebabnya, dulu, Mahathir sewot. Minta kepada Singapura untuk sama-sama membongkar coastway bay. Jalan yang menghubungkan Singapura-Johor. Yang dibangun di zaman penjajahan Inggris. Dengan cara menguruk laut.

Mahathir minta jalan itu diganti. Dengan membangun jembatan tinggi. Yang di bawahnya bisa dilewati kapal. Malaysia membangun jembatan dari sisi Johor. Singapura membangunnya dari sisinya. Bertemu di tengah. Tidak sulit. Tidak mahal. Jembatan serupa sudah dibangun di arah yang lebih barat.

Singapura menolak ide Mahathir itu. Mahathir sewot. Dia bangun sendiri jembatan tinggi itu. Dari sisi Malaysia. Sampai di atas batas laut. Ujungnya seperti jerapah sedang melongok Singapura. Itu karena jembatan yang dari arah Singapura tidak kunjung dibangun. Begitulah keras hatinya Mahathir. Saat masih lebih muda dulu. Setelah Mahathir tidak berkuasa, ‘leher jerapah’ itu dibongkar.

Entah apa yang dipikirkannya sekarang. Setelah usianya menjelang 93 tahun. Tapi ia sudah lega. Yang Dipertuan Agong sudah setuju Anwar Ibrahim diampuni.

Hanya saja belum bisa bebas hari-hari ini. Seperti yang dikira keluarganya. Atau media. Yang sudah terlanjur bergerombol di luar pintu gerbang penjara Sungai Buloh. Prosedurnya harus benar. Makan waktu. Padahal tanpa ampunan pun tokoh oposisi itu sudah bisa keluar penjara tiga minggu lagi: 8 Juni. Setelah menjalani hukuman 2/3 dari seharusnya: 5 tahun.

Tapi Anwar perlu pengampunan itu. Agar hak-hak politiknya bisa pulih. Meski untuk jadi perdana menteri harus jadi anggota DPR dulu. Bisa jadi istri Anwar mundur dari DPR. Lalu diadakan pemilu susulan di dapil istrinya itu.

Mahathir berkepentingan dengan itu: tidak mudah mencari pemimpin baru Malaysia yang bersih dan hebat. Ia sudah coba Pak Lah, Abdullah Badawi. Gagal maju. Sudah coba pula Najib Razak: seperti itu.

Sejak dulu Mahathir mengakui Anwar sangat hebat. Ahli keuangan. Kalau berpidato memukau. Tapi, saat itu, Mahathir belum mau diganti. Kini Mahathir menyadari umur 93 tahun itu sudah sangat tua. Ia perlu pemimpin muda seperti Anwar Ibrahim: 70 tahun.

***