Kesan Pertama ketika mendengar nama "Sengkuni" pastilah diidentikkan tokoh licik dan culas, yang berpolitik secara tidak beradab, juga menghalalkan segala Cara, sehingga citra negatif sangat identik dengan Sengkuni, padahal ada sisi baik yang patut diteladani pada diri Sengkuni, seperti misalnya dia bukanlah tipikal orang munafik, kejujurannya’ dalam berpolitik. Sengkuni tidak pernah tedheng aling-aling memperlihatkan wajah politiknya yang diakuinya tidak beradab.
Sebagai elite Astina pada rezim Kurawa yang kondang namanya, Sengkuni sangat menguasai peta politik, dia selalu muncul disaat-saat suksesi kekuasaan, dan dia selalu memainkan perannya demi kepentingan politiknya. Stabilitas Politik Astina yang begitu rukun dan damai menjadi keruh seketika begitu Sengkuni mulai memulai perannya, diawali ketika terjadi kesalahpahaman antara Pandu dan muridnya, Tremboko, pemimpin Negara Pringgondani.
Sengkuni berhasil mengadu domba kedua pemimpin tersebut sehingga terjadilah peperangan. Baik Pandu maupun Tremboko akhirnya gugur. Sebelumnya, ia memfitnah patih Astina, Gandamana, sehingga terjungkal dari kursinya. Jabatan orang kedua di Astina itu pun jatuh dalam genggamannya.
Cerita di atas adalah sebuah illustrasi tentang prilaku Sengkuni, prilaku seperti ini ada dalam elit politik di mana saja, bukan cuma di Astina. Diperpolitikan Indonesia pun banyak tokoh politik yang memiliki karakter dan prilaku Sengkuni, memang diakui Sengkuni sangatlah identik dengan penjahat politik, sehingga elit politik yang digelar sebagai Sengkuni mungkin tidak bisa menerimanya.
Lain halnya kalau elit yang digelar Sengkuni tersebut memahami karakter Sengkuni sesungguhnya, mungkin dia akan menikmati sebutan tersebut, dan terus memosisikan dirinya sebagai Sengkuni diperpolitikan Indonesia. Sering Kita saksikan bagaimana seorang Sengkuni memainkan perannya dalam berbagai kesempatan suksesi kekuasaan, seperti memainkan bidak catur dalam mengatur calon penguasa yang sesuai dengan keinginannya.
Politisi tipikal Sengkuni tidak pernah berpikir tentang kepentingan bangsa dan negara, yang ada dalam benaknya hanya bagaimana mendapatkan kekuasaan atau merebut kekuasaan tanpa etika dan moral politik.
Politisi tipikal ini menjadi sangat berperan dalam perpolitikan di negara ini, bahkan sangat mendominasi perpolitikan Indonesia, hanya saja mungkin Sengkuni diperpolitikan Indonesia tidaklah separah yang ada di Astina dan juga bukanlah bagian dari Rezim Kurawa.
Memang Sengkuni terkenal sebagai politisi busuk, namun dalam kebusukannya itu masih ada nilai karakternya yang bisa direnungkan. Sengkuni bukan politikus hipokrit. Ia apa adanya, tidak ada yang disembunyikan. Ia pun anggap enteng cap yang disematkan pada dirinya sebagai leletheking jagat panuksmaning jajalanat, yang artinya penjelmaan iblis yang paling jahat di jagat.
Sengkuni tidak mau menjadi pribadi palsu. Antara hati, pikiran, ucapan, dan perilakunya klop. Ibarat musang, ia tampil apa adanya sebagai musang, bukan musang yang bergaya dengan bulu domba. Aspek ‘kejujuran’ inilah yang masih sulit ditemukan pada politisi negeri ini.
Ada yang mengidolakan Sengkuni dalam berpolitik ? Semoga sisi baiknya Sengkuni saja yang diadopsi.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews