Kalau benar Prabowo memilik IQ 152, tentu patut bersyukur punya tingkat kepintaran "super". Tak banyak orang di negara ini memiliki IQ (Intellegent Quotient) sebegitu tinggi. Ini bisa jadi modal yang mumpuni untuk melakukan banyak hal. Namun, bila tak cantik main, punya IQ tinggi bisa jadi bumerang citra diri.
Untuk mengetahuinya tingkat IQ harus melalui serangkaian metode test psikologi terhadap orang tersebut yang dilakukan oleh ahli dan lembaga psikologi yang kredibel.
Hasil score suatu hitungan kecerdasan digolongkan menurut tingkatan kecerdasan atau semacam "kasta kecerdasan". Penggolongan ini menjadi petanda "nilai" hebat atau tidaknya seseorang dimata publik -seandainya score IQ itu menjadi konsumsi publik.
Adapun 6 kasta kecerdasan, yakni ;
Pertama, score 70 sampai 79 = digolongkan tingkat IQ rendah atau keterbelakangan mental.
Kedua, score 80 sampai 90 = Digolongkan tingkat IQ rendah yang masih dalam kategori normal (Dull Normal).
Ketiga, score 91-110 = Digolongkan tingkat IQ normal atau rata-rata.
Keempat, score 111 - 120 = Tingkat IQ tinggi dalam kategori normal (Bright Normal).
Kelima, score 120 - 130 = digolongkan tingkat IQ superior
Keenam, score 131 atau lebih = Digolongkan tingkat IQ sangat superior atau jenius.
Dengan IQ 152, berarti memang Prabowo tergolong Jenius atau superior. Tapi kenapa Prabowo blunder di fiksi terkait Indonesia Bubar 2030? Atau, sengaja melakukannya demi agenda politis tertentu?
Wacana Indonesia Bubar tahun 2030 telah menciptakan reaksi publik yang heboh. Bagai ledakan mortir, pecahannya tersebar ke segela arah, tak terkecuali pada Prabowo sendiri. Apakah Prabowo sudah memperhitungkan akan mengarah pada dirinya? Seberapa lengkap perhitungannya?
Ketika pecahan ledakan itu terjadi, hal yang menggenaskan adalah "rusaknya" citra diri Prabowo sebagai orang pintar ber-IQ super. Sejumlah kalangan yang membela Prabowo mencoba memberikan pembelaan atau me-rasionalitas-kan fiksi Prabowo tersebut. Namun itu justru membuat mereka makin tengelam dalam irasionalitas ditengah opini publik dan alam demokrasi kekinian.
Fiksi Indonesia Bubar 2030 mencerminkan sikap pesimis di tengah arus optimis rakyat yang sedang membangun masa depan diri dan negara ini. Tentu saja ini trend positif yang harus terus dijaga dan bahkan didukung oleh para pemimpin, baik yang masuk dalam struktur pemerintahan (rezim) maupun yang berada diluarnya.
Pemimpin yang bijak, tentu harus menjadi lokomotif bagi gerbong optimis dalam situasi terburuk sekalupun! Lalu, kalau seorang pemimpin sudah pesimis, bagaimana nasib rakyat? Layakkan orang tersebut menjadi pemimpin? Disinilah blunder Prabowo. Dia membawa arus pesimistik ke dalam ruang publik yang sensitif dan serba terbatas dalam hal memahami politik tingkat tinggi.
[irp posts="13152" name="Antara Novel Ghost Fleet" dan Film Rambo Rasa Tiongkok"]
Sebenarnya kalau mau bermain cantik, Fiksi referensi Prabowo itu diolah lagi menjadi Fiksi baru yang lebih optimistik. Hasil olahan tersebut harus berbentuk sesuatu yang bisa dinikmati publik sebagai inspirasi dan pembelajaran, dengan tidak mengesampingkan sikap hati-hati (early warning).
Salah satu bentuk olahan yang bisa dibuat adalah Filem layar lebar. Filem itu bisa berupa Anti-tesis terhadap Fiksi Ghost Fleet-Indonesia Bubar yang pernah Prabowo baca. Tema filem itu merupakan perlawanan terhadap Indonesia Bubar.
Prabowo tinggal memikirkan konsep besarnya kemudian dibawa ke orang-orang perfileman untuk diolah secara cinematik. Tentu saja sosok Prabowo sebagai si pemikir besar harus terlihat dan dirasakan publik. Dengan begitu, Prabowo turut membangun sikap optimistik rakyat dan memperingatkan "Bahaya Bubar". Hal ini sekaligus menjadi kampanye diri Prabowo sebagai pemimpin besar negeri ini. Pencitraan positifnya terbangun, popularitasnya meningkat, dan bikin bangga seluruh anak negeri ini.
Fiksi Indonesia Bubar harus dijawab dengan Fiksi (Filem), bukan dengan penciptaan hantu yang menakutkan seolah-olah nyata. Publik jangan dibawa ke dunia fiksi yang menjauhkan mereka pada realitas yang sedang mereka bangun.
Katanya berani mati demi negeri ini? Jangan mati, aah....bikin Filem aja dulu, om...biar bisa jadi hero kayak Rambo yang berani mati tapi tak mati-mati, malah menghibur orang banyak!
Deal?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews