Membatasi dan menghalangi ekspresi jiwa seseorang sama dengan memenjarakannya dan membuatnya tak nyaman. Sebaliknya, membebaskan ekspresi jiwa seseorang sama dengan memerdekakannya dan membuatnya nyaman.
Kesalahan pendidikan sering di persoalan ini, masalah cinta sering di masalah ini, masalah rumah tangga banyak di masalah ini, hubungan atasan bawahan banyak di masalah ini, hubungan penguasa dan rakyat juga banyak di masalah ini: ketakpahaman memahami jiwa!!
Kesalahan pendidikan banyak di masalah ini. Kesalahan orang tua karena tak paham jiwa anak-anaknya, kesalahan guru karena tak paham jiwa murid-muridnya, kesalahan menjalani cinta karena si dia tak paham jiwa pasangannya, kesalahan mengelola rumah tangga karena tak paham jiwa istri/suaminya, kesalahan atasan karena tak paham jiwa bawahannya, kesalahan pemerintah dan negara karena tak paham jiwa rakyat yang dipimpinnya.
Akhirnya yang ada adalah pemberontakan, protes, gak nurut, susah diatur dll atau merasa tertekan karena kecenderungan jiwanya dikurung, dibatasi, tak dipahami. Pemahaman agama yang formal dan kaku sering menekan dan membatasi kemerdekaan jiwa. Akhirnya, merasa mengajarkan agama tapi gak masuk, gak kena, gak berpengaruh, ditolak.
Memahami jiwa tak perlu repot-repot bertahun-tahun belajar ilmu jiwa atau psikologi, cukup miliki satu hal: kepekaan membaca dan memahami orang lain!!
Untuk menjadi mitra, sahabat, kekasih, guru, suami, istri, atasan, bos, pemerintah, direktur yang nyaman, fahami dan ikuti kecenderungan jiwa sahabat, murid, pacar, istri, suami, bawahan, rakyat. Untuk keselamatan ekspresi jiwa, kontrol dengan syariat.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews