Saya penasaran dengan kepeloporan Surabaya di bidang persewaan sepeda listrik Migo. Sambil menjemput cucu yang sekolah di Al Azhar International, saya mencari kantor pusat Migo. Yang menurut info tidak jauh dari Al Azhar di Pakuwon City Surabaya Timur.
Ketemu.
Kantornya di sebuah area komersial di lingkungan apartemen modern Educity. Semua karyawannya menyambut antusias kedatangan saya yang tiba-tiba. “Kok tidak memberitahu sebelumnya, Pak?” tanya mereka.
Mereka tahu kalau saya bisa berbahasa mandarin. Karena itu dengan antusias mereka menawarkan kepada saya akan menghubungi CEO Migo. Agar menemui saya. Sang CEO yang memang lebih lancar kalau berbahasa mandarin segera dihubungi.
Saya menunggunya sambil melihat-lihat sepeda listrik Migo yang dijajar si ruang itu. Di ruang dekat kantor Migo ini ternyata juga pos persewaan Migo.
Inilah sistem sewa sepeda listrik pertama di Indonesia! Dengan menggunakan aplikasi online.
Saat ini Migo memiliki 100 pos persewaan di seluruh Surabaya. Peminat bisa mengambil sepeda listrik di 100 lokasi itu. Lalu mengembalikannya di mana saja di salah satu dari 100 pos tersebut.
Di sepeda itu ada barcode yang bisa difoto pakai HP. Setelah dikirim ke sistem Migo, Tiba-tiba salah satu sepeda listrik di situ "on".
Speedometernya menyala. Pertanda siap dinaiki.
Tarifnya, seperti saya tulis sebelumnya: sangat murah. Tiap dua kilometer pertama hanya Rp2000. Lalu tambah Rp500/km berikutnya.
Sang CEO tiba di kantor. Kami langsung berkenalan. Percakapan berlangsung dalam bahasa mandarin. Namanya Tony Tao. Aslinya dari kota Nanjing. Saya beritahu bahwa saya sudah banyak kali ke Nanjing. Kami pun akrab.
Mengapa Tony Tao memilih berbisnis sistem ini di Surabaya? “Kota ini sangat besar,” katanya. “Kalau Jakarta terlalu besar.”
Jarak tempuh antar wilayah di Surabaya masih bisa terjangkau oleh kemampuan sepeda listrik ini: 40 km.
Kalau pun misalnya baterai habis di tengah jalan, bisa ditukar dengan sepeda yang baterainya masih penuh di pos persewaan terdekat.
Ketika saya kemukakan kekhawatiran saya apakah sistem ini bisa bertahan lama, Tony Tao meyakinkan saya akan optimismenya. Selama setengah tahun beroperasi konsumennya terus bertambah.
Dia mengakui untuk kota sebesar Surabaya 100 pos persewaan tifak cukup. Idealnya nanti tiap 500 meter ada pos persewaan.
Sekarang ini tahapnya masih pemantapan sistem. Pelayanan di pos-pos pelayanan harus baik dan terstandar dulu. Ini, kata staf Tony Tao, perlu waktu mendidik partner yang menjadi pos persewaan.
Pos persewaan tersebut memang milik siapa saja. Yang mau bergabung dengan Migo. Sistemnya komisi. Pemilik rumah biasa pun bisa menjadi pos persewaan. Asal pagarnya cukup transparan (agar Migonya terlihat dari luar), punya ruang cukup untuk memajang 5 sepeda, dan ada orang yang selalu siap melayani penyewa.
Setelah standar pelayanannya tercapai barulah Migo membuka pos lebih banyak lagi. Dia optimis banyak pemilik rumah atau bangunan yang mau menjadi partner.
Tony mengatakan kalau yang di Surabaya ini sudah mapan Migo akan membuka cabang untuk Bali dan kota lainnya.
“Saya harap Anda sukses,” kata saya sambil pamit.
“Xie xie,” jawabnya.
Lalu semua karyawan minta foto bersama.
(Bersambung)
***
Catatan sebelumnya:
http://pepnews.com/2018/03/06/migo-persewaan-sepeda-hijau-1-surabaya-tak-kalah-dengan-tiongkok/
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews