Demokrasi itu dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat, tujuan demokrasi yang esensial adalah untuk kepentingan rakyat itu sendiri - siapapun yang terpilih dari sebuah pilkada atau pilpres maka itu pilihan rakyat, yang di inginkan rakyat - ya sudah jalani, sekalipun dalam demokrasi bisa sekotor pilkada DKI.
Mereka yang dalam kontestasi sengaja membuat berita palsu, tuduhan palsu, sebagaimana halnya MCA atau Saracen, adalah mereka yang memanipulasi informasi sehingga rakyat salah menyalurkan aspirasi, yang seperti ini adalah kejahatan dalam berdemokrasi.
Lalu kejahatan yang seperti ini siapa yang paling merugi? Rakyatlah yang paling rugi.
Para politisi dengan segala kepentingan pribadi atau kelompoknya, kerap kali melakukan manipulasi, untuk kemenangan diri demi kursi.
Perlawanan dari civil society untuk melawan fitnah, tuduhan dan berita manipulasi adalah bagian dari memelihara keutuhan bangsa - sebab para penjual kebencian, berita bohong kini juga orang yang sering bicara di mimbar mimbar suci, mari kita lawan para pembenci demi mencintai negri.
[irp posts="11564" name="Bidadari dan Tupperware MCA"]
Banyak orang yang saya kenal shaleh secara pribadi termakan isu PKI dan meyakini kebangkitanya, semua rekadaya palsu itu di yakini kebenaranya - sekarang mau apa..? Itu ternyata hanya bikinan para bajingan tengik yang mungkin di biayai para politisi - kini sudah di ungkap Polri, dan hoax PKI pun lenyap dari medsos....
Jika sedikit membaca literatur agama, yang paling dekat kemiripanya dengan Dajjal penebar fitnah adalah dua kelompok ini: MCA dan Saracen - Sialannya mereka pake atribut MUSLIM dan menamakan dirinya Jihadis medsos.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews