Barusan saya lihat di TV One, KPK melakukan OTT kasus Korupsi dan Penyuapan terhadap Walikota Kendari.
Saya melihat para tersangka yang digiring masuk kekantor KPK sambil tersenyum dan melambaikan tangan ke kamera para wartawan.
Sialan, tidak terlihat sedikitpun rasa malu apalagi penyesalan di wajah para tersangka. Sungguh prilaku yang sangat menjijikan dan membuatku marah.
Saya coba membandingkan dengan para emak-emak dan rakyat biasa yang ditangkap Polisi dikasus UU ITE , wajah mereka dipakaikan topeng dan kamera media mengambil foto mereka dari sudut yang pas dan membuat mereka seakan manusia terhina atau kriminal berbahaya.
Tentu saya sangat paham dan tidak akan menyalahkan aparat Kepolisian kita yang sekarang banyak menangkapi rakyat terutama emak-emak akibat pasal ujaran kebencian.
Aparat kepolisian kita memang wajib bertindak sesuai hukum dan aturan Undang-undang yang berlaku di negeri ini, dan penyusun aturan perundang-undangan dan produk hukum lainnya ada di tangan Dewan Perwakilan Rakyat dan pemerintah yang berkuasa.
Tapi maaf, sampai sekarang saya tidak pernah sepakat dengan UU ITE yang menurutku rentan disalahgunakan oleh penguasa untuk membungkam kritik dari rakyat atau oposisi yang berlawanan.
Saya berharap DPR RI di masa mendatang bisa menghapus pasal-pasal penghinaan dan penyebaran konten ujaran kebencian di media sosial dan segala macam hal yang menurutku sudah sangat ketinggalan jaman.
Harusnya segala macam buah pikiran dari aktivitas media sosial diberlakukan sama dengan produk pers dan mendapat perlindungan seperti wartawan. Bagi yang tidak setuju silahkan buat somasi atau sanggahan, bukan malah lapor polisi dan ditahan.
Saya berulangkali dimaki dan dilecehkan sampai ada yang mengambil foto-foto keluargaku akibat aktivitas menulisku, tapi saya anggap cuma reaksi kekanak-kanakan dan angin lalu yang bahkan badai saja pasti berlalu.
Rezekiku tidak akan berkurang kalau di maki sebagai Kader Sapi, ketampananku tidak akan berkurang kalau disebut sialan dan bahkan saya tidak masalah dianggap sebagai unta.
Sama saja dengan penguasa dan para pejabat yang dikritik rakyat lewat tulisan di media sosial, mereka tidak akan rugi apa-apa kecuali rasa nyaman dan harga diri yang terusik karena merasa jadi raja.
Tapi yang pasti, negara tidak akan pernah dirugikan dengan kritikan. Justru kritikan dari rakyat akan akan menjadi penyeimbang dari kekuasaan dikala oposisi sakit gigi.
Kalau kita sepakat, korupsi adalah kejahatan extraordinary dan musuh bersama yang harus dibasmi, mari kita permalukan para koruptor beramai-ramai sampai mereka merasa malu untuk hidup lagi.
Lupakan MCA atau Mak-mak Cerewet Antibadai dan para penggerutu seperti saya, karena kami hanya bersuara untuk ketidakadilan, wahai Dilan...
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews