Tiga pasangan calon bupati dan wakil bupati Magetan pada Pilkada Serentak 2018 ditetapkan KPU Magetan. Yaitu Suyatni Priasmoro (Kang Suyat) – Nur Wahid, Miratul Mukminin (Gus Amik) – Joko Suyono, dan Prawoto – Nanik Endang Rusminiarti.
Kang Suyat – Nur Wahid diusung oleh PKB dan Nasdem, Gus Amik – Joko (PDIP, Golkar, Gerindra, PAN, PKS), dan Prawoto – Nanik (Demokrat, PPP). Dari ketiga paslon tersebut, sosok Kang Suyat benar-benar menarik perhatian untuk dicermati.
Pasalnya, meski Kang Suyat ini wong ndeso asli Magetan, namun selama ini waktunya lebih banyak dihabiskan di tanah seberang, Kalimantan Timur. Namun, kepeduliannya terhadap Kabupaten Magetan sangat luar biasa. Jejak digital menuliskannya.
Pria paruh baya ini lulusan dari SDN Nglopang Magetan 1981, SMPN Parang Magetan 1984, SMAN 2 Magetan 1987, FH Universitas Widyagama Samarinda (2004), dan Jurusan Hukum Tata Negara Universitas Widya Gama Malang (2006).
Kang Suyat juga pernah mengikuti Pendidikan dan Latihan: Penataran P4 1992, Reportase Penulisan Hubungan Sipil – Militer di Indonesia (Bogor 2000), dan Investigative Reporting, British Council (Makasar 2001).
Penghargaan atas karya jurnalistik pun pernah diraihnya saat menjadi jurnalis di Samarinda. Yaitu: Karya Jurnalistik Media Cetak Terbaik Kaltim dari BKKBN 1997. Jejak organisasi Kang Suyat selama ini lebih banyak dihabiskan di Kaltim.
Sebagai Ketua DPD Pemuda Reformasi Provinsi Kaltim 1999-2014, Wakil Ketua DPW PBR Kaltim 1998-2013, Pengurus Ardin Kota Samarinda 2001-Sekarang, Wakil Sekretaris DPD Gerindra Kaltim 2012-Sekarang, dan Ketua Tim Komunikasi DPD Gerindra Kaltim 2012-Sekarang.
Nama Kang Suyat mulai digunjingkan pada Pilkada Magetan 2018 karena peristiwa Pilpres 2014 dan Pilkada Ponorogo 2015. Ia menawarkan resep sederhana bagi pengembangan perekonomian kabupaten tersempit kedua di Jatim setelah Sidoarjo itu.
Sebanyak 71.200 warga (11,35%) dari 650.000 penduduk yang tersebar di 18 kecamatan dalam data Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Magetan masuk kategori miskin.
Kondisi itu tak bergeming sejak sensus 2015 yang diselenggarakan BPS Kabupaten Magetan. Sebuah kondisi yang berbanding terbalik dengan hasil panen padi masyarakat lereng Gunung Lawu pada 2016 sebanyak 3.370.713 kw (naik 8,70%) dari produksi 2015 (3.101.112 kw).
Itu sebuah fakta yang membuktikan terdapatnya sebuah masalah serius terkait kesejahteraan penduduk, yang tak mampu diselesaikan oleh Bupati Magetan Sumantri Noto Adinagoro yang akrab dipanggil Mbah Mantri selama dua periode pemerintahannya.
Kondisi tersebut tidak akan berubah jika warga Magetan salah memilih pasangan bupati dan wakil bupati pada Pilkada 2018. Di dunia politik Magetan, Kang Suyat merupakan pendatang baru. Pria paruh baya itu lahir berasal dari Desa Nglopang, Kecamatan Parang, Magetan.
Lebih dari separuh usianya, dihabiskan di Samarinda. Karena himpitan ekonomi keluarga, sejak 1988 Kang Suyat meninggalkan desa kelahirannya yang dijepit gunung dan hutan di wilayah tenggara Magetan itu.
Di perantauan Kang Suyat bisa melanjutkan kuliah hingga bekerja. Pernah hampir 10 tahun menjadi wartawan, ia kemudian menjadi tenaga ahli di DPRD Kaltim karena latar belakang pendidikannya di disiplin hukum tata negara.
Pada 2003 Kang Suyat mencoba berwiraswasta dengan mendirikan usaha percetakan dan penerbitan di Samarinda dan Lamongan, Jatim. Baru tahun-tahun belakangan ini ia gencar berkebun sengon, dengan konsep bagi hasil bersama petani sekitar Magetan, Madiun, Kediri, Trenggalek, Karanganyar, dan Wonogiri. Sebanyak 1,86 juta pohon sengon telah ditanam.
Kendati baru di kancah politik Magetan, Kang Suyat rupanya mulai diperhitungkan politisi setempat. Selain karena kedekatannya dengan kalangan kelompok tani di desa-desa, pada 2014 silam gerakannya sempat mengejutkan sebagian politisi.
Menjelang Pilpres 2014, Kang Suyat datang dengan misi pemenangan Prabowo Subianto. Ia tak terlibat melalui mesin koalisi partai pengusung Prabowo, melainkan dengan membangun jaringan baru di luar Parpol.
Awalnya, sejumlah pimpinan partai dan para politisi kenamaan hanya memandang sebelah mata mendengar gerakan politik Kang Suyat menjelang coblosan Pilpres 2014. Kabarnya ia ditugasi khusus untuk mengerek suara Prabowo di Magetan yang jeblok sebelum coblosan.
Hasil survei menyebutkan posisi Joko Widodo sekitar Magetan, Ngawi, Sragen, Karanganyar mencapai 67 persen pemilihan. Magetan sebagai kandang Banteng, diramalkan banyak orang bahwa Pilpres 2014 akan dimenangi Jokowi.
Namun, setelah pemungutan suara, Prabowo membalikkan keadaan. Ia unggul lebih dari 50 persen. Sosok Kang Suyat yang dibicarakan orang bak hilang di telan bumi sebelum pleno KPU. Sebagian pimpinan parpol di Madiun, Ngawi, dan Magetan mulai penasaran dengan Kang Suyat, tapi sosoknya tidak juga datang setelah perhitungan Pilpres 2014 berakhir.
Sekitar setahun kemudian, Kang Suyat muncul lagi di sekitar Magetan menjelang Pilkada 2015. Ternyata Kang Suyat sedang mengomandani lagi sebuah tim yang dipersiapkan pada Pilkada Ponorogo 2015.
Tim itu mengusung Ipong Muchlissoni, menjadi kandidat Bupati Ponorogo. Pada awalnya, kemunculan Ipong juga agak diremehkan banyak orang, mengingat nama Ipong belum dikenal di Ponorogo.
Maklum, seperti Kang Suyat, ia sejak lulus SMA juga merantau ke Samarinda. Masyarakat sekitar Ponorogo baru terkaget-kaget setelah coblosan Desember 2015, Ipong meraih suara terbanyak, dengan menghempaskan langkah M. Amin, Bupati Ponorogo petahana saat itu.
Peran politik dari Kang Suyat di balik layar pada Pilpres 2014 dan Pilkada Ponorogo 2015 itu menjadi bahan kalkulasi masyarakat dalam mengutak-atik peluangnya pada Pilkada Magetan 2018.
Menurut Kang Suyat, pada Pilkada Magetan 2018 adalah tumbuhnya kesadaran masyarakat setempat bahwa maju-mundurnya perekonomian daerah akan sangat dipengaruhi kualitas bupati yang ditentukan rakyat.
Dengan kesadaran itu, maka anggapan lama bahwa wong cilik, masyarakat desa atau orang awam akan sama saja nasibnya terhadap siapa pun bupati yang terpilih, harus dibuang jauh. Contohnya, Magetan ini punya beberapa potensi perekonomian yang layak dikembangkan.
”Tapi kalau bupatinya tidak tanggap karena tidak peduli atau tidak cakap, mana bisa ekonomi maju? Poin ini lebih penting untuk diketahui masyarakat lebih dulu, sebelum membicarakan peluang masing-masing kandidat,” ujarnya.
“Dengan kesadaran masyarakat begitu, maka Pilkada 2018 akan menghasilkan pemimpin yang berkualitas. Bukan sekadar siapa yang dapat memberi uang recehan kepada masyarakat sebelum coblosan,” tambah Kang Suyat.
Di mata Kang Suyat, karena posisi geografisnya, awalnya di Magetan menghadapi masalah keterisolasian kawasan. Itu adalah salah satu faktor yang kurang mendukung pengembangan perekonomian.
Seiring dengan terbukanya jalur Magetan-Karanganyar, harus makin jeli membaca peluang pembukaan jalur transportasi dari daerah ke daerah lain yang memungkinkan berkembangnya perekonomian masyarakat.
”Dengan adanya pintu tol di Ngawi yang menghubungkan akses Jakarta dan Surabaya, maka Magetan harus bisa mengambil manfaat dengan membaca itu dalam konsep perencanaan pembangunan perekonomian,” ungkapnya.
Bagaimana potensi itu disebarkan ke dunia usaha, agar ada investasi masuk. Kalau nggak ada investasi, percayalah ekonomi Magetan ya tetap akan jalan di tempat. Investasi menjadi salah satu dewa penolong, karenanya manajemen penanganannya harus prima.
Kang Suyat berpendapat, dalam strategi pemerintahan daerah ke depan, Magetan perlu segera mendorong agar lebih banyak orang luar daerah datang ke Magetan. Apakah karena urusan bisnis atau berwisata.
”Semakin banyak orang yang datang ke Magetan, maka jelas akan memicu pertumbuhan ekonomi. Pendatang bisa beli makan di warung, apalagi menginap, atau beli produk industri kerajinan,” lanjut Kang Suyat.
Menurut Kang Suyat, semakin banyak orang yang datang berkunjung, semakin besar peluang kemajuan ekonomi daerah. Karena itu, sarana pemikatnya, seperti obyek wisata harus lebih banyak dibangun dan dikembangkan.
Iklim investasinya bila perlu dibuat paling mudah se-Indonesia supaya orang mau inves di Magetan. Kalau tidak dibikin mudah, siapa yang mau inves di Magetan? Tapi invesnya juga harus didorong ke arah industri yang memungkinkan mengolah bahan baku dari Magetan.
“Kalau disingkat, resep memajukan Magetan itu adalah datangkan sebanyak mungkin orang ke Magetan, maka rezeki juga akan semakin banyak datang,” ujar Ketua Asosiasi Pengusaha Energi Mineral (APEM) Kalimantan itu.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews