Seberapa Pentingkah Ketetapan Tarif Ongkos pada Angkutan Umum?

Rabu, 21 Februari 2018 | 22:25 WIB
0
677
Seberapa Pentingkah Ketetapan Tarif Ongkos pada Angkutan Umum?

Dalam tulisan ini saya tidak bermaksud untuk mengeluhkan tarif ongkos angkutan umum yang terlalu mahal atau sebaliknya terlalu murah. Sama sekali tidak bermaksud seperti itu.

Sebagai masyarakat yang sering menggunakan angkutan umum seperti mini bus dan bus besar, kadang saya merasa kebingungan dengan harga ongkos yang tak menentu atau berubah-ubah. Dalam hal ini, tarif angkutan umum bukan berubah karena kenaikan harga BBM dan perubahan faktor ekonomi dari waktu ke waktu seperti biasanya. Melainkan ada kebiasaan tertentu yang masih sering dilakukan oleh beberapa kenek dan supir angkutan umum untuk mengubah tarif ongkos sesuai keinginan mereka.

Menariknya adalah untuk beberapa kenek bus yang akan menagih uang ongkos pasti tahu antara penumpang (sewa) yang rutin menaiki angkutan umum miliknya dan penumpang yang tidak. Dan di sini lah letak permasalahannya.

Selama di dalam angkutan umum terutama bus besar, saya sering sekali ditanya masalah tarif ongkos yang harus dibayar oleh penumpang yang duduk di samping saya.

Penumpang tersebut sepertinya baru pertama kali menaiki angkutan umum tersebut, jadi dia tak tahu tarif yang harus dibayar berapa. Karena beberapa angkutan umum di Indonesia berbeda dengan angkutan umum di beberapa negara luar yang sudah sepenuhnya memiliki ketetapan tarif ongkos di setiap halte atau tempat pemberhentiannya. Maka untuk menentukan tarif ongkos terhadap jarak tertentu yang saya tidak tahu berapa harganya, akan saya gunakan teknik perkiraan saja berdasarkan tarif ongkos yang saya tahu setiap jaraknya.

Sayangnya hampir semua perkiraan saya terhadap tarif ongkos angkutan umum tersebut adalah salah. Sebab ketika saya katakan harganya sekian rupiah kepada penumpang yang bertanya, si penumpang tersebut akan diminta ongkos lagi ketika membayar dengan uang pas (sesuai tarif yang saya beri tahu) atau ketika membayar ongkos dengan uang pecahan lebih, maka si penumpang tersebut tak akan diberikan kembalian. Padahal saya pikir ongkos yang saya perkirakan sudah sesuai, malah yang terjadi bisa sampai dua kali lipat dari perkiraan saya untuk tarif ongkosnya.

Kadang hal ini juga terjadi ketika saya dan salah satu penumpang sama-sama naik dan berhenti di tempat yang sama kemudian penumpang tersebut menanyakan tarif ongkosnya kepada saya. Dan tarif ongkos yang dia bayar kepada kenek sesuai tarif yang saya beri tahu ternyata kurang.

Jelas kejadian seperti itu membuat saya tak enak hati kepada orang yang bertanya perihal tarif ongkosnya tersebut, apalagi ketika si penumpang tersebut mengeluh kepada kenek yang menagih ongkosnya lagi karena kurang, kemudian si penumpang tersebut bilang kalau saya yang memberi tahu tarif ongkosnya sekian, begini kurang lebih perkataanya

"Orang kata si mbak ini harga ongkos ke anu cuma segini kok" Wah, sudah pasti saya merasa malu sambil cangar-cengir kebingungan. Toh kalau saya jawab dengan melebihkan tarif ongkos kesannya saya berbohong, kalau saya jawab tidak tahu juga sementara saya dan penumpang itu sama-sama berhenti di tempat yang sama.

Sekali pun beberapa mobil angkot (mini bus) telah menggunakan selembaran kertas bertuliskan daftar tarif ongkos di pintu mobil, namun tetap saja tarif ongkos kadang kali berubah-ubah sesuai keinginan pak supir, apalagi untuk penumpang yang terlihat baru pertama kali naik angkot jurusan tertentu.

Sekali lagi maksud dalam tulisan ini bukan mengeluhkan dan meminta agar tarif ongkos angkutan umum diturunkan, malainkan setidaknya angkutan umum memiliki ketetapan tarif ongkos yang sesuai jarak tujuan, sebab tak semua penumpang siap dengan tarif ongkos yang tiba-tiba berubah dan jauh dari perkiraan mereka, bahkan bisa saja penumpang tersebut berasal dari luar kota yang hanya membawa uang secukupnya untuk ongkos, barang kali bisa begitu.

"Negara maju bukan tempat di mana orang miskin dapat memiliki mobil. Tapi, tempat di mana orang kaya menggunakan transportasi umum."

Begitulah kalimat yang diucapkan Gustavo Petro, Walikota Bogota, Columbia. Dan saya sepakat dengan pendapat mantan Walikota tersebut. Jadi, jika di negara ini belum bisa merubah keamanan dan kenyamanan fasilitas angkutan umum sepenuhnya dalam waktu singkat, maka mari lakukan secara perlahan dan bertahap, setidaknya dimulai dari ongkos angkutan umum yang memiliki ketetapan harganya.

Selain dapat mengurangi kemacetan dengan rutin menggunakan angkutan umum, juga perekonomian masyarakat dapat terbantu. Toh naik angkutan umum adalah menyenangkan, selagi tak perlu bersusah payah untuk menyetir kendaraan sendiri, kita juga akan mendapakan banyak pengalaman berharga sepanjang perjalanan di dalamnya. Kalau masalah keamanan tentu tergantung pada kewaspadaan masing-masing orang, terlebih keamanan dari tindak kejahatan terhadap penumpang.

Salam.

***

Editor: Pepih Nugraha