Guna memahami hukum prioritas ini, tidak perlu harus sarjana hukum ataupun sarjana falsafah. Setiap orang sesungguhnya sudah memahaminya, namun tidak menerapkan dalam kehidupan pribadinya.
Seperti halnya, anak anak belajar berhitung, dimulai dengan angka 1 dan seterusnya. Kalau berhitung dimulai dengan angka yang lain dari angka 1, maka seluruhnya akan menjadi kacau balau. Hal ini merupakan analogi yang sangat sederhana,agar mudah dipahami.
Anggap sepele soal urutan prioritas
Kalau hidup bisa dipermudah, mengapa harus dipersulit? Tetapi bukan berarti semua masalah boleh dianggap sepele. Karena jangan lupa, orang bisa jatuh tersandung bukan lantaran batu besar di jalanan, melainkan karena menganggap sepele sebuah batu krikill. Begitu juga dengan perjalanan hidup kita.
Ada hal yang patut didahulukan atau dinomorsatukan dan ada yang menempati urutan berikutnya. Mengabaikan hal ini sangat berpotensi menjadi penyebab kegagalan dalam hidup. Bukan hanya gagal dalam hal ekonomi, melainkan dapat menyebabkan kegagalan dalam membina rumah tangga yang harnonis.
Menempatkan prioritas dalam hidup
Setiap orang bebas menentukan jalan hidupnya masing masing dan tak seorangpun berhak untuk mendiktekannya. Namun setiap orang berkewajiban untuk menata hidupnya dengan jalan mendahulukan pekerjaan yang patut diprioritaskan.
Ada begitu banyak hal hal penting dalam hidup kita seperti kerja, berdoa, olahraga, hobi, kegiatan sosial, makan minum, istirahat dan tidur. Semuanya penting, namun dalam urutan prioritas harus ada yang dinomorsatukan dan mana yang menjadi urutan kedua dan selanjutnya.
Menyusun prioritas
Setiap orang berhak untuk menikmati kebebasan hidup, tapi hukum Prioritas tetap harus dijalani. Namun dalam praktiknya, banyak orang menganggap remeh dan tidak mempraktikkannya secara konsisten.
Akibatnya terjadilah kesenjangan di dalam menerapkan, mana yang patut didahulukan dan mana yang seharusnya dinomerduakan. Yang terjadi justru, orang mendahulukan yang disukainya, kemudian baru melakukan kewajibannya. Tidak jarang, hal yang sesungguhnya menjadi Prioritas Utama, menjadi yang terakhir dilakukan. Akibatnya sudah bisa di duga, yakni kegagalan demi kegagalan
Nonton TV urutan pertama?
Kekeliruan terbanyak dilakukan orang adalah mengawali harinya dengan nonton televisi. Padahal pagi itu adalah kesempatan emas untuk dekat dengan keluarga, mengingat setelah pagi itu seharian kita tidak jumpa dengan keluarga, Karena anak anak kesekolah, ayah ke kantor/ke tempat kerja/ibu mengajar/di rumah. Secara tersistim, keluarga akan terpisah dalam 3 lokasi dan baru akan ketemu setelah senja ataupun malam hari.
Kurangnya komunikasi secara tidak sadar akan menciptakan: "gap" atau jarak di dalam keluarga. Yang lama kelamaan mengurangi keharmonisan rumah tangga. Dan terburuk adalah dapat menjadi penyebab gagalnya kehidupan berumah tangga, walaupun mungkin ada pencetus lainnya, namun cikal bakal kegagalan itu sudah terstruktur sejak orang mengabaikan hukum prioritas, yakni: "keluarga adalah nomor satu."
Kerja dan hobi
Tugas utama di kantor atau di tempat pekerjaan tentunya melakukan tugas kita, sesuai dengan jabatan. Karena untuk itulah kita dibayar. Namun, kalau kita menelusuri kantor kantor, karyawan memang membuka laptop tapi bukan mengerjakan pekerjaan, melainkan main games atau sibuk ber-chatting ria, entah dengan siapa.
Tidak ada waktu untuk keluarga
Pulang kerja, sudah malam. Mandi, makan malam dan duduk nonton sepak bola hingga larut malam. Istri dan anak anak tidak mendapatkan perhatian sama sekali.
Akibat kurang harmonisnya hubungan dalam keluarga, maka secara tanpa sadar, kita sudah membuka peluang untuk masuknya orang ketiga dalam kehidupan pribadi.
Baik ataupun suami dan anak anak masing masing secara naluriah mencari orang yang tempat curhat dan mau mendengarkan keluhan dan kesulitan mereka. Karena di dalam keluarga sendiri, mereka seolah tidak mendapatkan tempat untuk curhat.
Hal ini merupakan cikal bakal rusaknya keharmonisan dalam rumah tangga. Mengapa orang bisa terjatuh hanya karena sebuah batu krikil?
Karena orang menganggapnya sesuatu yang sepele!
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews