Syahdan ketika keluarga ini membeli "Rumah Cantik" di Menteng itu, keluarga pemilik lama rumah ini sedemikian percaya bahwa rumah ini bakal lestari. Lalu selayaknya sebuah akad jual beli, pemilik lama meminta pembelinya membayarkan uang muka. Mereka kaget luar biasa, karena uang ditransfer sudah mencapai 80% dari harga yang disepakati.
Berapa harganya? Inbox saja, nanti ndak situ semaput!
Si pemilik malah jadi curiga kok segitunya nyah nyoh? Bila diukur dari cara dia sambat, mengeluh di depan publik, gaji presiden sudah sepuluh tahun gak naik-naik, dia bisa punya tabungan segede itu. Dan terbukti, ia melanggar janji rumah cantik itu diremukkan. Artinya: Presiden ini di luar suka pencitraan, juga dia tidak pernah jujur, suka ingkar janji, dan tidak bisa dipercaya. Rakyat dianggap keledai tuli, yang matanya ditutup kacamata. Jadi kalau mendengar sayup-sayup, melihat pun hanya samar-samar.
Tapi kalau dilihat dari latar belakang militer, di saat-saat terakhir: semestinya hal ini mudah dipahami. Ia orang teritorial, yang tugasnya adalah memanipulasi segala sesuatu. Masalah kecil dibesar-besarkan, masalah besar dianggap kecil. Tujuannya sama: situasinya dapat dikendalikan, sesuai kebutuhan si penguasa. Tak heran, dalam 10 tahun kekuasaannya, kekuatan utamanya adalah pada cara ia membangun koalisi, yang bisa dibaca sebagai bagi-bagi kekuasaan, rejeki, dan pengaruh.
Kerusakan dalam tata kelola pemerintahan baik di tingkat ekskeutif, legislatif, maupun yudikatif yang bagi saya sungguh tak termaafkan.
Dan ketika, namanya disebut-sebut dalam persidangan Setya Novanto (SN). Catat baru disebut-sebut, tidak ada tuduhan apapun terhadapnya ia sedemikian baper dan marah. Ia merasa nama baiknya dirusak, dan lalu ia melaporkan Firman Wijaya ke Bareskrim.
[irp posts="9108" name="Wajar Demokrat Geram Nama SBY Dikaitkan dengan Korupsi KTP-el"]
Bagi saya SBY, tiba-tiba sudah berubah menjadi Lord Valdermot dalam cerita Harry Potter. Ia tidak suka disebut namanya, apalagi kalau itu berkonotasi buruk dan negatif. Jadi maunya dia, di persidangan harusnya ia disebut dengan "Mr You Know Who". Karena ia merasa sebagai "manusia suci, bersih dari dosa, dijauhkan dari kesalahan".
Bapak mantan ini sebenarnya sudah diingatkan oleh para penasehatnya (mesti ini seorang loyalis yang die hard), bahwa tak usah melayani sinyalemen tersebut. Mungkin si penasehat lebih mengerti masalah hukum bahwa fakta di persidangan, itu harus tetap tinggal di persidangan. Hal seperti ini tidak bisa dibawa-bawa ke luar sidang, apalagi dilaporkan ke polisi.
Analoginya: wasit membuat kesalahan mengambil keputusan atau bahkan si pemain mencederai lawan di lapangan. Lalu si wasit atau pemain dilaporkan kepada polisi. Sebuah dagelan yang luar biasa lucunya, yang dilakukan seorang "mantan presiden"!
Namun bagian yang lain, yang kurang disadari oleh SBY sendiri adalah ia sedang membuka kotak pandora-nya sendiri. Ia tidak sadar telah menantang dunia:untuk membutikan bahwa ia tidak sebersih, segagah perkasa, dan sedemikian kebal terhadap hukum.
Hal inilah barangkali yang dikhawatirkan oleh para loyalis yang masih bersedia merapat pada dirinya. Mungkin, saat ini dia sedang mengalami kepanikan dan kegalauan yang luar biasa. Ketika bidak-bidaknya mulai diserang, ketika seorang Gamawan Fauzi mulai runtuh tembok pertahanannya.
Saya sendiri tak habis pikir, bagaimana mungkin seorang Menteri, tidak tahu banyak (menurut pengakuannya) atau sebaliknya sedemikian cuek terhadap kasus yang terjadi di Kementriannya. Alternatif cuma dua: dia manusia setengah dewa yang terjaga dari kesalahan, sehingga matanya ditutup dari hal buruk.
Atau dia sedemikian besar mendapat tekanan, mendapat bagian juga, dan lalu saling menjadi bemper. Dan alternatif kedua inilah yang lebih masuk akal. Apalagi bukti fisiknya, bahwa ia menerima jatah sebuah rumah di Kebayoran Baru, walau secara tidak langsung dari keponakannya. Tampaknya hanya masalah waktu untuk bisa dibuktikan oleh KPK. Dalam hal ini mungkin, KPK pakai langgam lagunya Kotak: pelan-pelan saja...
[irp posts="7590" name="Sekilas Perjalanan SBY dengan Partai Demokrat Besutannya"]
Bagi saya semestinya, SBY pindah rumah saja ke Pacitan. Di desanya, mungkin ia akan mendapat perlindungan dari aura mistis alam lingkungan tanah kelahirannya, mungkin juga dapat simpati dari rakyat yang telah ditipunya. Madeg pandita biar jernih pikirannya, mulai makan nasi jagung biar sehat, dan kantung matanya mengempis.
Sesekali dolan naik motor boncengan dengan Bu Ani, ke Pantai Klayar atau Pantai Srau. Lalu genjrang-genjreng bikin lagu. Syukur-syukur ditemoni Nyi Roro Kidul lalu diajak main ke Istnanya . Bukannya mbegegeg, monolog berpidato di depan aktivis partainya sendiri yang saya yakin makin menyusut. Apalagi dengan menantang bilang: This is My War!
Tapi saya duga ia memang dengan senang membuka kotak pandoranya, yang tak lama lagi akan membakar mukanya sendiri. Ngono kok isa dadi Presiden 10 tahun!
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews