Kalimat di atas kerap sekali terdengar, menghenyakkan kita semua. Mempertanyakan kapasitas muktabaroh Ulama, dan membandingkan dengan Kanjeng Nabi yang memang jelas tidak berbanding sama sekali. Jika tidak faham, maka akan jelas sekali seolah-olah banyak perkara yang dilakukan oleh Kyai bertentangan dengan Kanjeng Nabi.
Kyai itu tidak berpendapat melalui hayalan beliau sendiri, melainkan berdasarkan ajaran dari Kyainya Kyai juga. Demikian seterusnya hingga sanad bersambung kepada Kanjeng Nabi. Jadi tidaklah benar bahwa Kyai itu menyelisihi Kanjeng Nabi.
Ibaratnya, saat Kanjeng Nabi memerintahkan kita untuk “ngliwet sego”. Maka yang dilakukan Kyai bukan ‘sego diliwet’, melainkan akan ‘mususi’ beras, ‘dikaru’. Setelah setengah matang, ‘beras karon’ ini ditanak dalam dandang. Inilah yang disebut ngliwet sego.
Sementara, mereka yang tidak punya guru yang jelas sanadnya, begitu ada perintah Kanjeng Nabi untuk ‘ngliwet sego’, maka yang mereka lakukan adalah mencari nasi untuk diliwet. Karena dalam hayalannya yang namanya ‘ngilwet sego’ berarti harus ada ‘sego’ kemudian ‘diliwet’.
Tidak sampai di situ, mereka memprovokasi, mencaci maki dan mentertawakan serta menganggap kita bodoh, salah, menyelisihi Quran Hadits karena diperintahkan ‘ngliwet sego’, tapi malah kita ‘mususi beras’ dan seterusnya.
Itulah gambaran bagi wong NU yang belajar dari Kyai dalam memahami Quran dan Hadits, jika dibandingkan dengan mereka yang over percaya diri “memurnikan” Quran Hadits dan langsung mengambil hukum dari sumbernya, tanpa menggunakan ilmu alat.
Lalu, mereka akan mempertanyakan kepada kita, “Anda percaya dengan Nabi atau Kyai?”, seakan-akan Kyai kita itu salah dan tersesat dalam memahami nash suci.
Bagi masyarakat awam, hal ini tentu akan bisa menjerumuskan mereka untuk tidak percaya lagi dengan para ulama muktabaroh an nahdliyyah.
Maka kita saksikan akhirnya, mereka beribadah, berijtihad dan mengambil hukum tidak jelas jluntrungnya karena memang tidak pernah dilakukan oleh generasi-generasi Ulama terdahulu.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews